IMG-LOGO
Home Sosok Kenang Paus Fransiskus di Vatikan, Menag Nasaruddin Umar, Beliau Mengajarkan Cinta yang Melampaui Batas Agama
sosok | umum

Kenang Paus Fransiskus di Vatikan, Menag Nasaruddin Umar, Beliau Mengajarkan Cinta yang Melampaui Batas Agama

oleh VNS - 29 Oktober 2025 13:24 WITA
IMG
Kenang Paus Fransiskus di Vatikan, Menag Nasaruddin Umar, Beliau Mengajarkan Cinta yang Melampaui Batas Agama. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., tak kuasa menahan haru saat menyampaikan pidato di forum internasional bertajuk Daring Peace yang digelar oleh Komunitas Sant Egidio di Vatikan, Senin (27/10/2025). Di hadapan tokoh lintas agama dunia, ia mengenang sosok Paus Fransiskus sahabat spiritualnya yang telah berpulang enam bulan lalu.


“Ketika saya mendengar kabar duka dari Vatikan, saya merasa tak percaya. Semua kenangan tentang Paus Fransiskus muncul di benak saya,” ujar Nasaruddin dengan suara bergetar.

Hubungan hangat antara Nasaruddin Umar dan Paus Fransiskus bukan sekadar pertemuan dua pemuka agama besar, tetapi simbol dialog kemanusiaan lintas keyakinan. Persahabatan mereka memuncak saat kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Indonesia pada 5 September 2024, momen yang meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah hubungan antarumat beragama.

Pada hari itu, kedua tokoh besar ini berjalan berdampingan melewati Terowongan Silaturahmi jalur penghubung antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta, simbol nyata kerukunan umat beragama di Indonesia. Setelah pertemuan penuh keakraban, Paus Fransiskus mencium tangan Nasaruddin sebagai tanda penghormatan. Sang Imam Besar Istiqlal membalasnya dengan mencium kening pemimpin Gereja Katolik dunia itu.

“Ada begitu banyak kenangan tak terlupakan bersama Paus Fransiskus, ketika saya melihat foto kami, di mana beliau mencium tangan saya dan saya mencium keningnya, saya merasa seolah beliau masih bersama kami.” kenang Nasaruddin.

Momen itu menjadi simbol yang menggugah dunia dua pemimpin spiritual berbeda agama memperlihatkan keteladanan kemanusiaan yang melampaui sekat dogma.

Nasaruddin mengisahkan kembali percakapan singkat mereka saat berjalan di Terowongan Silaturahmi. Paus Fransiskus berbicara tentang Ensiklik Fratelli Tutti, dokumen penting yang menekankan nilai persaudaraan universal dan cinta kasih antarumat manusia tanpa memandang agama atau bangsa.

“Saya menjawab dengan menjelaskan konsep Islam tentang ukhuwah insaniyah persaudaraan kemanusiaan,” tutur Nasaruddin.

“Kami berdua tersenyum, menyadari bahwa kitab suci kami menyampaikan pesan yang sama: kemanusiaan berada di atas segalanya.”

Pertemuan itu, kata Nasaruddin, menjadi salah satu momen paling spiritual dalam hidupnya saat dua tradisi besar dunia, Islam dan Katolik, bertemu dalam satu titik nilai cinta, damai, dan kemanusiaan.

Enam bulan setelah pertemuan terakhir mereka, kabar duka datang dari Roma. Paus Fransiskus wafat pada 21 April 2025 di usia 88 tahun akibat komplikasi stroke dan gagal jantung. Bagi Nasaruddin, kehilangan itu bukan hanya kehilangan seorang pemimpin Katolik, tetapi juga kehilangan seorang sahabat sejati.

“Paus Fransiskus adalah pribadi yang tulus, lembut, dan konsisten membela kelompok marginal anak-anak, lansia, dan mereka yang tertindas,” ucapnya saat mengunjungi Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta, Selasa (22/4/2025), untuk menyampaikan belasungkawa resmi pemerintah Indonesia.

Ia mengenang Paus sebagai sosok yang menolak kekerasan dan ketamakan, memilih hidup sederhana, dan menjadikan empati sebagai bentuk ibadah tertinggi.

Selama masa kepemimpinannya, Paus dikenal vokal menyuarakan isu kemanusiaan global, termasuk tragedi di Gaza dan Palestina, perubahan iklim, hingga ketimpangan sosial.

“Beliau tidak hanya berbicara tentang cinta kasih, tapi juga menegaskannya dalam tindakan nyata, Beliau mengajarkan bahwa kasih sayang adalah bahasa universal umat manusia.” kata Nasaruddin di forum Vatikan.

Dalam kesempatan yang sama, Nasaruddin menyampaikan harapannya agar pengganti Paus Fransiskus, Kardinal Robert Francis Prevost, yang kini memimpin Gereja Katolik dengan nama Paus Leo XIV, dapat melanjutkan semangat dialog dan persaudaraan yang telah dibangun.

“Kami berharap Paus Leo XIV melanjutkan komitmen terhadap Deklarasi Istiqlal dokumen yang menegaskan tekad bersama untuk menjaga kerukunan dan kedamaian lintas iman,” katanya.

Deklarasi Istiqlal yang ditandatangani pada 2024 itu menjadi tonggak penting bagi hubungan lintas agama di Indonesia, bahkan diapresiasi komunitas internasional sebagai model toleransi dunia.

Di penghujung pidatonya di forum Daring Peace, Nasaruddin mengajak dunia untuk meneladani sikap Paus Fransiskus kesederhanaan, empati, dan keberanian untuk berdialog dalam perbedaan.

Forum itu dihadiri perwakilan berbagai agama dari Eropa, Timur Tengah, dan Asia, termasuk perwakilan komunitas Islam Vatikan serta delegasi dari Dewan Gereja Dunia.

Bagi Nasaruddin, kunjungan ke Vatikan kali ini adalah perjalanan spiritual bukan untuk berduka semata, tetapi untuk menghidupkan kembali pesan Paus Fransiskus membangun dunia yang saling memahami, bukan saling menakuti.

(Redaksi)