IDENESIA.CO - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya terhadap perang melawan narkoba dan menyerukan persatuan nasional dalam pidatonya di acara pemusnahan barang bukti 214,48 ton narkotika di Mabes Polri, Selasa (29/10/2025).
Dalam kesempatan itu, ia juga menanggapi tudingan yang kerap dialamatkan kepadanya sebagai pemimpin otoriter, dengan gaya santai namun penuh refleksi.
Acara tersebut dihadiri Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, jajaran Polri, TNI, dan perwakilan kementerian serta lembaga. Pemusnahan narkotika dalam jumlah besar itu disebut sebagai hasil pengungkapan kasus selama satu tahun terakhir sekaligus menjadi simbol tekad pemerintah menindak tegas jaringan narkoba internasional yang semakin canggih dan terorganisir.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo membuka dengan menyampaikan tiga instruksi utama yang ia berikan kepada Kapolri setelah resmi menjabat sebagai kepala negara pada 20 Oktober 2024.
“Saya minta Kapolri, tiga hal ada yang memimpin untuk saya satu, pemberantasan narkoba dua, penyelundupan; tiga, judi online,” kata Prabowo dengan nada tegas.
Ia menyebut ketiga sektor itu sebagai penyakit bangsa yang merusak moral, ekonomi, dan masa depan Indonesia.
Menurutnya, pemberantasan narkoba bukan hanya tugas kepolisian, tetapi perang nasional yang melibatkan semua elemen negara.
“Nilai barang bukti yang disita mencapai Rp29,37 triliun. Kalau tidak berhasil dicegah, narkoba itu bisa dikonsumsi oleh 629 juta manusia lebih dari dua kali jumlah penduduk Indonesia,” tegasnya.
Presiden juga mengingatkan bahwa kartel narkoba internasional kini beroperasi dengan teknologi tinggi.
“Bahkan sekarang ada modus baru, kartel-kartel narkoba punya kapal selam,” ujarnya, membuat suasana ruangan hening sejenak.
Menurutnya, ancaman semacam ini menuntut sinergi total antarlembaga negara. Ia menginstruksikan agar Polri memperkuat koordinasi dengan TNI, Bea Cukai, Kejaksaan, dan Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk menutup semua celah distribusi narkoba di Indonesia.
“Kita harus kerja dengan teamwork, jangan ego sektoral. Jangan loyalitas korps berlebihan. Kita ini satu korps korps merah putih, korps NKRI,” ucapnya tegas.
Prabowo menilai, perlawanan terhadap narkoba adalah bagian dari upaya menjaga kedaulatan bangsa. Ia menyebut para pengedar dan kartel narkoba bukan sekadar pelaku kriminal, tetapi musuh negara yang menghancurkan generasi penerus bangsa secara sistematis.
Selain bicara tentang perang melawan narkoba, Prabowo juga menyelipkan pesan politik dan moral kepada publik. Ia menyerukan agar seluruh pihak meninggalkan rivalitas politik dan membangun kembali semangat persatuan.
“Persaingan politik boleh keras waktu kontestasi, tapi setelah itu kita harus bersatu,” ujarnya.
“Jangan kita teruskan kebencian, kecurigaan. Enggak ada gunanya. Rakyat butuh pekerjaan, penghasilan yang lebih baik.”
Ia mengingatkan bahwa energi bangsa harus diarahkan pada pembangunan kesejahteraan, bukan pertikaian politik.
Pesan ini seolah menjadi sinyal bahwa Prabowo ingin mempertegas gaya kepemimpinannya sebagai pemersatu bangsa setelah masa kompetisi politik yang keras.
“Rasa iri dan benci hanya membuat kita mundur. Mari kita gunakan energi untuk membangun, bukan untuk bertikai,” tambahnya.
Dalam bagian akhir pidatonya, Prabowo menyinggung tudingan publik yang kerap menyebut dirinya sebagai sosok otoriter.
Dengan nada ringan, ia menceritakan kebiasaannya menonton podcast atau tayangan diskusi politik di malam hari sebelum tidur.
“Jadi malam-malam saya buka (podcast), saya dengar orang-orang bicara: ‘Prabowo itu otoriter.’ Saya pikir, apa iya ya? Rasanya enggak sih,” ucapnya sambil tersenyum.
Ia mengakui terkadang merasa dongkol atau kesal, namun menegaskan bahwa kritik tetap ia jadikan bahan introspeksi diri.
“Kadang dongkol juga, tapi saya catat. Oke, ini harus saya perhatikan. Karena dalam pengabdian kepada bangsa dan negara, tidak boleh diikuti oleh rasa sakit hati,” katanya.
Prabowo menegaskan bahwa seorang pemimpin harus berjiwa besar dan siap dikoreksi, sebab tanpa itu, kekuasaan bisa berubah menjadi jebakan kesalahan yang berulang.
Pidato Prabowo di acara pemusnahan narkoba kali ini dinilai sarat makna politik.
Selain memperlihatkan ketegasan dan kedisiplinan gaya kepemimpinannya, Prabowo juga berusaha menampilkan sisi reflektif dan humanis, terutama ketika berbicara tentang kritik dan persatuan nasional.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Teguh Harimurti, menilai pidato ini sebagai upaya Prabowo untuk menyolidkan citra pemimpin tegas namun terbuka.
Menutup pidatonya, Prabowo kembali menegaskan bahwa perang melawan narkoba bukan sekadar tanggung jawab aparat hukum, melainkan perjuangan seluruh rakyat Indonesia.
Acara ditutup dengan simbolisasi pemusnahan barang bukti narkoba senilai puluhan triliun rupiah sebuah pesan keras bahwa pemerintah di bawah Prabowo bertekad tanpa kompromi terhadap kejahatan narkotika.
(Redaksi)