IDENESIA.CO - Sejarah baru tercipta di Amerika Serikat. Zohran Kwame Mamdani, politikus muda berusia 34 tahun, resmi memenangkan pemilihan Wali Kota New York City yang digelar pada Selasa (4/11/2025) waktu setempat. Kemenangan ini menjadikannya Muslim pertama yang memimpin kota metropolitan terbesar di Amerika Serikat, sekaligus menandai pergeseran besar dalam lanskap politik negeri Paman Sam.
Berdasarkan hasil akhir yang dirilis Komisi Pemilihan New York, Mamdani unggul dengan 44 persen suara, mengalahkan mantan Gubernur New York sekaligus kandidat kuat dari Partai Demokrat, Andrew Cuomo, yang meraih sekitar 32 persen suara. Adapun kandidat dari Partai Republik, Curtis Sliwa, berada di posisi ketiga dengan perolehan 24 persen suara.
Kemenangan Mamdani tidak hanya mengejutkan dunia politik Amerika, tetapi juga menjadi simbol penting bagi keragaman, toleransi, dan transformasi sosial di New York kota yang dikenal sebagai miniatur dunia dengan campuran budaya, agama, dan etnis.
Mamdani dikenal sebagai anggota Partai Sosialis Demokratik Amerika (DSA), kelompok politik progresif yang kerap mendorong kebijakan redistribusi ekonomi, reformasi perumahan, dan perawatan kesehatan universal. Lahir di Uganda dari keluarga keturunan India, Mamdani dibesarkan di New York sejak kecil dan menempuh pendidikan di Bowdoin College.
Sebelum terjun ke dunia politik, ia aktif dalam berbagai gerakan sosial, termasuk kampanye perumahan terjangkau dan advokasi hak-hak imigran. Dalam karier politiknya, ia pertama kali terpilih menjadi anggota Majelis Negara Bagian New York pada 2020, mewakili distrik Astoria, Queens kawasan dengan populasi imigran yang padat.
Kampanye Mamdani dalam pemilihan wali kota kali ini berfokus pada isu-isu ekonomi rakyat, terutama pengurangan biaya hidup yang melambung di New York. Ia berjanji menurunkan tarif transportasi publik, memperluas layanan penitipan anak gratis, serta memberlakukan pajak progresif terhadap warga superkaya.
“New York harus menjadi rumah bagi semua orang, bukan hanya bagi mereka yang mampu membayar harga tertinggi, Kemenangan ini bukan kemenangan saya, melainkan kemenangan rakyat pekerja yang ingin kota ini kembali menjadi milik mereka.” ujar Mamdani dalam pidato kemenangannya di Brooklyn, disambut sorak ribuan pendukung.
Mamdani juga menekankan pentingnya solidaritas lintas ras dan agama, menyebut bahwa kehadirannya sebagai pemimpin Muslim bukanlah simbol, tetapi bagian dari keberagaman yang membentuk karakter kota.
Meski membawa semangat perubahan, kemenangan Mamdani juga memicu ketegangan politik di tingkat nasional. Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang berasal dari Partai Republik, secara terbuka menyerang Mamdani bahkan sebelum pemungutan suara dimulai.
Dalam unggahannya di platform Truth Social, Trump menyebut Mamdani sebagai komunis dan pembenci Yahudi, serta mengancam akan memotong dana federal untuk Kota New York jika Mamdani terpilih.
“Jika kandidat komunis Zohran Mamdani memenangkan pemilihan wali kota New York City, sangat kecil kemungkinan saya akan menyalurkan dana federal selain dalam jumlah paling minimal, Saya sangat yakin bahwa New York City akan menjadi bencana ekonomi dan sosial total apabila Mamdani menang.” tulis Trump seperti dikutip The Guardian.
Pernyataan keras itu menimbulkan kecaman luas dari berbagai kalangan. Para pemimpin komunitas Muslim, Yahudi progresif, dan aktivis hak sipil menilai Trump telah menggunakan politik identitas untuk menyerang lawan politiknya.
Namun bagi Mamdani, serangan tersebut justru memperkuat dukungan dari kelompok muda dan pemilih minoritas yang menolak politik kebencian.
“Kami tidak akan takut oleh ancaman atau ujaran kebencian, Tugas saya bukan berdebat dengan presiden, tetapi memastikan rakyat New York mendapatkan kehidupan yang layak” kata Mamdani dalam wawancara dengan CNN.
Kemenangan Mamdani disambut meriah oleh komunitas imigran dan progresif di seluruh Amerika. Para pendukungnya menilai kemenangan ini sebagai tonggak sejarah baru yang membuka ruang lebih besar bagi representasi politik kaum minoritas.
Profesor ilmu politik dari Universitas Syracuse, Grant Reeher, menilai kemenangan Mamdani akan membawa dinamika baru dalam hubungan antara Gedung Putih dan pemerintah kota.
Sementara itu, analis politik New York Times menyebut Mamdani sebagai simbol perubahan generasi dalam politik Amerika, menggambarkan pergeseran suara pemilih muda dari politik arus utama menuju politik yang lebih progresif.
Namun, tantangan besar menanti wali kota baru ini. Selain menghadapi tekanan dari pemerintah federal, Mamdani harus segera menangani masalah utama kota krisis perumahan, kemacetan transportasi, dan ketimpangan ekonomi yang terus melebar.
Dengan dilantiknya Zohran Mamdani, New York resmi memiliki pemimpin berlatar imigran dan Muslim untuk pertama kalinya dalam sejarah. Di tengah polarisasi politik nasional yang semakin tajam, kehadirannya dianggap membawa harapan baru bagi inklusivitas dan keberagaman di Amerika.
(Redaksi)