IDENESIA.CO - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mendesak negara‐negara Arab bersatu menghadapi Israel menyusul pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang kembali menegaskan tidak akan pernah ada negara Palestina. Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas menilai sikap Netanyahu merupakan sinyal perang total terhadap Palestina dan ancaman serius bagi stabilitas kawasan.
Netanyahu sebelumnya berbicara dalam sebuah acara penandatanganan proyek permukiman besar di Maale Adumim, Tepi Barat, wilayah pendudukan di sebelah timur Yerusalem. Dalam pidatonya, ia menolak gagasan dua negara dan menyebut kawasan tersebut milik Israel.
“Kami akan memenuhi janji kami bahwa tidak akan ada negara Palestina, tempat ini milik kami… Kami akan menjaga warisan kami, tanah kami, dan keamanan kami… Kami akan menggandakan populasi kota ini,” ujar Netanyahu, dikutip AFP, Jumat (12/9).
Menanggapi pernyataan itu, Anwar Abbas menyebut langkah Israel memperluas permukiman mempertegas upaya mengokohkan kontrol penuh di Gaza dan Tepi Barat.
“Usaha ke arah itu sudah tampak dia kerjakan dengan membangun perumahan bagi rakyat Israel di daerah‐daerah yang sudah mereka duduki. Jadi masalah Gaza dan Tepi Barat tinggal menunggu waktu untuk sepenuhnya berada di bawah kendali Israel,” kata Anwar dalam keterangan tertulis, Minggu (14/9/2025).
Anwar menegaskan dunia Arab tidak boleh tinggal diam.
“Kalau mau menang tentu dunia Arab harus bersatu, karena tidak ada lagi cara lain yang harus ditempuh oleh Palestina dan dunia Arab sekarang ini kecuali berperang. Sebab Israel sudah mengibarkan bendera perang total karena Netanyahu tidak mau ada negara Palestina,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menilai ideologi zionis yang dianut Israel berpotensi memperluas cakupan konflik di kawasan.
“Dalam keyakinan zionis dan Netanyahu, wilayah Lebanon, Suriah, Yordania, sebagian Mesir, Saudi, dan Irak adalah wilayah nenek moyang yang harus mereka rebut bagi berdirinya Israel Raya yang mereka idamkan,” tambahnya.
Menurut Anwar, Israel adalah sumber ketidakstabilan regional. Karena itu, ia mendesak negara‐negara Arab segera melakukan konsolidasi untuk menahan laju ekspansi dan mengembalikan peluang menuju perdamaian berkelanjutan.
“Sebelum semua wilayah yang dianggap oleh Israel adalah wilayah nenek moyang mereka jatuh ke tangan Israel, maka dunia Arab harus bersatu. Tanpa itu tidak akan ada damai di Timur Tengah,” tegasnya.
Pernyataan tidak akan ada negara Palestina kembali memupus harapan pada solusi dua negara yang selama ini dipandang banyak pihak sebagai jalan keluar paling realistis. Di saat bersamaan, rencana perluasan permukiman di Tepi Barat menimbulkan kekhawatiran akan makin sempitnya ruang hidup warga Palestina dan meningkatnya ketegangan di lapangan.
Muhammadiyah, melalui seruan Anwar Abbas, menempatkan momentum ini sebagai titik konsolidasi bagi negara‐negara Arab sekaligus pengingat komunitas internasional bahwa keterlibatan aktif diperlukan agar eskalasi tidak berujung pada konflik yang lebih luas.
(Redaksi)