IDENESIA.CO - Ratusan mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Samarinda enggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Pertamina Patra Niaga di Jalan Cendana, Selasa (8/4)/2-25.
Aksi yang diikuti ratusan mahasiswa dan masyarakat itu menyoroti dugaan pengoplosan bahan bakar yang disebut-sebut menyebabkan kerusakan sejumlah kendaraan warga.
Pada aksi unjuk rasa itu, ratusan mahasiswa yang kompak mengenakan almamater biru ini menuntut dan mendesak Pertamina Patra Niaga untuk melakukan evaluasi kerja internal, dan juga bertanggung jawab terkait BBM oplosan yang diduga menjadi sebab kerusakan sejumlah kendaraan masyarakat di Kota Tepian.
"Evaluasi kinerja pengelola Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Samarinda Group," jelas Ali Syaban, Korlap Aksi di depan kantor Pertamina Patra Niaga di Jalan Cendana, Samarinda.
Selain evaluasi, lanjut Ali, Ratusan mahasiswa yang juga bergabung dengan masyarakat umum juga menuntut Pertamina Patra Niaga untuk bertanggung jawab terkait kerusakan kendaraan masyarakat.
"Kedua kami meminta PT Pertamina Patra Niaga untuk bertanggung jawab terhadap pengoplosan Pertalite ke Pertamax sehingga merugikan masyarakat," tambahnya.
Selain dua tuntutan itu, massa aksi juga meminta adanya penindakan tegas.
Karena diduga keluhan dan kerusakan kendaraan masyarakat saat ini terjadi akibat oknum yang ada di dalam Pertamina Patra Niaga.
"Ketiga, meminta pihak berwenang dan PT Patra Niaga untuk menelusuri dan mengadili oknum-oknum yang terlibat dalam pengoplosan pertalite ke pertamax," tekannya
. Diakhiri orasi, Ali tak lupa menegaskan kalau isu bbm oplosan yang sangat merugikan masyarakat ini akan terus menjadi perhatian serius baginya dan kawan-kawan mahasiswa lain.
"Kalau tidak ada tindak lanjut kami akan terus mengawal isu ini hingga selesai," tandasnya.
Sementara itu Fuel Terminal Manager Samarinda, Rahmat Isya Ginanjar yang turun menemui massa aksi menjelaskan kalau isu bbm oplosan yang menjadi keluhan utama masyarakat Samarinda akan menjadi konsen bersama.
Khususnya untuk menyelesaikan problem yang ada, hingga memastikan penyaluran dan kualitas bbm yang beredar.
"Kami tidak bisa menduga-duga terkait ini semua. Yang jelas dalam ranah kami, saat kapal datang hingga ke penyaluran SPBU itu sudah kami lakukan. Silahkan kalau mau ada audit, kami its oke, dan tentunya ini menjadi konsen dan evaluasi kami," jawabnya.
"Kita tidak bisa pungkiri ada banyaknya korban (kendaraan). Tapi kita juga tidak bisa pungkiri jika bahan bakar kita yang bermasalah, maka kejadian ini akan lebih masif," tegasnya.
Selain Rahmat, penjelasan juga diberikan oleh Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Region Kalimantan, Edi Mangun yang turut menjumpai massa aksi.
Kepada ratusan pengunjuk rasa, Edi lebih dulu menyampaikan rasa terima kasih karena unjuk rasa dilakukan secara damai dan membuka ruang diskusi untuk membedah problem yang sedang dilakukan masyarakat Samarinda.
"Saya atas nama PT Pertamina Regional Kalimantan menyampaikan terima kasih, karena sudah mau datang dan berdiskusi dengan tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Itu pertama yang harus kita apresiasi," seru Edi Mangun.
Kemudian yang kedua, lanjut Edi, dari tiga tuntutan yang dilayangkan massa aksi juga telah dijawab secara baik oleh pihak Pertamina. Meski Edi tak menampik kalau massa aksi merasa jawaban yang diberikan terkesan normatif.
"Tapi kami ingin tegaskan bahwa kami akan tetap tegak pada aturan. Karena ada aturan yang mengawasi kami, dan ada aturan yang harus kami lakukan. Terkait dengan kualiti kontrol itu menjadi tanggung jawab kami, dan bukan saja ketika ada masalah. Tapi itu keseharian yang terus dilakukan teman-teman yang ada di depot yang ada di mana saja. Bukan hanya di Samarinda ini," tegas Edi.
Diakhir, Edi menekankan kalau keluhan atau isu BBM oplosan yang kini menjadi problem di masyarakat sedang diselidiki secara mendalam oleh pihak Pertamina.
Khususnya menggunakan cara pengujian laboratorium.
"Bagaimana hasilnya? Nanti kita akan menyampaikan itu secara terbuka. Baik ke teman-teman polres ataupun DPD. Kita akan bukan itu semua nanti ke publik. Perlu waktu berapa lama ? Tergantung nanti dari hasil pemeriksaan laboratorium," tutup Edi.
(tim redaksi)