IDENESIA.CO - Wajahnya dibungkus lakban kuning, kamar kosnya terkunci dari dalam, dan tak ada satu pun barang milik korban yang hilang. Kematian Arya Daru Pangayunan (39), diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), membuka berbagai spekulasi mulai dari dugaan kekerasan hingga tekanan psikologis. Kepolisian masih menyelidiki, sementara para ahli kriminologi mulai mengupas kemungkinan demi kemungkinan.
Kematian tragis Arya Daru Pangayunan pada Selasa pagi (8/7) di kamar kosnya di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, terus menyita perhatian. Kondisi jenazah yang tidak biasa dengan wajah tertutup rapat oleh lakban kuning mengundang banyak tanda tanya. Polisi belum menyimpulkan penyebab pasti kematian, namun hasil sementara tidak menunjukkan adanya tanda kekerasan pada tubuh korban.
Menurut Sosiolog Kriminalitas dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Soeprapto, ada enam temuan penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis kasus ini.
1. Lakban yang Melilit Wajah
“Posisi lilitan lakban sangat krusial,” kata Soeprapto kepada CNNIndonesia.com. “Kalau terlalu rapat dan sulit dijangkau sendiri, maka patut dicurigai adanya keterlibatan orang lain.”
Analisis ini menjadi kunci dalam membedakan antara tindakan bunuh diri, tekanan mental yang parah, atau kemungkinan kekerasan oleh pihak ketiga.
2. Pintu Kamar yang Terkunci dari Dalam
Fakta bahwa kamar kos korban terkunci dari dalam dapat mengarah pada kemungkinan bahwa tidak ada pihak eksternal yang masuk. Namun, Soeprapto mengingatkan bahwa tidak menutup kemungkinan adanya akses alternatif.
“Jendela harus diperiksa, apakah bisa dimasuki orang atau tidak. Jangan hanya fokus pada pintu,” ujarnya.
3. Tidak Ada Barang Hilang
Tidak ditemukannya barang yang hilang di lokasi kejadian bisa berarti dua hal: tidak ada pencurian, atau pelaku dengan sengaja tidak mengambil apapun agar tampak seolah-olah bukan kejahatan.
“Ini bisa menjadi bagian dari skenario untuk mengaburkan jejak,” kata Soeprapto.
4. Akses Kos yang Relatif Tertutup
Menurut informasi awal, kos tersebut cukup tertutup dari akses orang luar. Hal ini membuat kemungkinan kejahatan dari pihak eksternal terlihat kecil, namun tidak menutup kemungkinan adanya pelaku yang mengenal situasi lingkungan dengan baik.
5. Rencana Korban Ingin Pindah
Fakta bahwa Arya berencana pindah setelah mobilnya laku juga dinilai relevan. Soeprapto menilai, niatan pindah kos bisa berkaitan dengan tekanan tertentu yang sedang dihadapi korban.
6. CCTV Tidak Menunjukkan Hal Mencurigakan
Rekaman CCTV di sekitar tempat kejadian tidak menunjukkan adanya aktivitas mencurigakan. Namun menurut Soeprapto, hal ini tidak bisa langsung diartikan tidak ada pelaku.
“Pelaku bisa saja sangat hati-hati, tahu celah pengawasan, dan tahu bagaimana menghindari kamera,” tambahnya.
Soeprapto menyebutkan bahwa dengan tidak ditemukannya tanda kekerasan, dua kemungkinan utama masih terbuka yaitu, gangguan kesehatan atau tekanan psikologis berat yang menyebabkan korban mengambil jalan tragis.
“Jika memang tidak ditemukan kekerasan, berarti kemungkinan besar karena faktor medis atau psikis. Dan jika benar tidak ada satu pun orang dekat yang tahu kondisinya, bisa jadi ia sengaja menyembunyikan masalahnya,” tegasnya.
Sampai hari ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan intensif. Mereka telah mengumpulkan sejumlah barang bukti dan memeriksa beberapa saksi, namun belum menyimpulkan penyebab pasti kematian Arya Daru Pangayunan.
(Redaksi)