IMG-LOGO
Home Nasional Toyota Sindir Polemik BBM Etanol 3,5%: Dunia Sudah Jauh Lebih Maju
nasional | umum

Toyota Sindir Polemik BBM Etanol 3,5%: Dunia Sudah Jauh Lebih Maju

oleh VNS - 10 Oktober 2025 06:58 WITA
IMG
Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, mengungkapkan bahwa beberapa negara maju telah menerapkan kadar etanol jauh lebih tinggi. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Kontroversi seputar pencampuran etanol 3,5 % (E3,5) pada BBM di Indonesia kembali memanas.PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) angkat suara, menyoroti bahwa kadar tersebut sebenarnya masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan praktik di negara lain.

Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, mengungkapkan bahwa beberapa negara maju telah menerapkan kadar etanol jauh lebih tinggi. 

“Di luar negeri itu sekarang hampir semua negara sudah menerapkan E10, E20, bahkan Thailand juga sudah bergerak dari E10 ke E20. Di Amerika Serikat juga sudah menerapkan di beberapa negara bagian sampai E85. Di Brazil sampai E100,” ujarnya saat ditemui di Karawang, Jawa Barat.

Bob Azam menambahkan bahwa Indonesia sendiri sudah pernah mampu mengembangkan mesin yang menggunakan etanol murni (100 %) sejak dua dekade lalu, sehingga menurutnya wajar jika muncul perdebatan soal etanol 3,5 %. 

“Saya bingung kenapa sekarang kita ribut etanol 3,5 %,” ungkapnya.

Bob menjelaskan bahwa etanol memiliki kepadatan energi (energy density) lebih rendah dibandingkan bensin sekitar 30 % lebih rendah. Meski demikian, penggunaan etanol bisa menurunkan emisi gas buang secara signifikan.

“Kalau E30 mungkin 1 % lah energy-nya akan lebih rendah gitu. Jadi kalau harganya Rp 12.000, dampaknya cuma Rp 120 perak. Tapi emisinya itu turun sampai 65 %,” paparnya.

Menurut Bob, apabila penggunaan etanol meningkat, itu juga bisa memberi dorongan kepada petani karena bahan baku etanol biasanya berasal dari tanaman perkebunan atau hasil pertanian lokal.

“Kalau misalnya demand-nya naik, income petani juga naik gitu. … Ke depan kalau misalnya banyak petani yang sudah mengubah hasil taninya menjadi etanol, ini justru bisa menjadi positive cycle,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, sejumlah SPBU swasta seperti Shell, VIVO, dan BP-AKR dilaporkan menolak membeli BBM murni dari Pertamina karena ternyata tidak benar-benar murni melainkan sudah mengandung etanol 3,5 %. Hal ini memicu keraguan pasar atas transparansi komposisi bahan bakar.

Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, menjelaskan bahwa secara regulatif etanol di BBM masih diperkenankan sampai batas tertentu. Ia menyebut bahwa E3,5 masih berada dalam rentang yang diperbolehkan, dengan catatan campurannya disesuaikan regulasi yang berlaku.

(Redaksi)