IMG-LOGO
Home Nasional Rupiah Jadi Primadona Asia, Pimpin Penguatan Terhadap Dolar AS di Tengah Tekanan Global
nasional | umum

Rupiah Jadi Primadona Asia, Pimpin Penguatan Terhadap Dolar AS di Tengah Tekanan Global

oleh VNS - 09 Oktober 2025 13:28 WITA
IMG
Ilustrasi uang rupiah. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan performa tangguh di pasar keuangan Asia. Pada perdagangan Kamis (9/10/2025) pagi, rupiah mencatatkan penguatan tertinggi di antara mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS), di tengah kondisi pasar global yang masih diliputi ketidakpastian politik dan ekonomi.


Berdasarkan data Refinitiv pukul 10.05 WIB, rupiah terapresiasi 0,24% ke posisi Rp16.515 per dolar AS, menempatkannya sebagai mata uang terkuat di kawasan Asia pada sesi perdagangan pagi ini.

Di posisi berikutnya, won Korea Selatan (KRW) dan dolar Taiwan (TWD) sama-sama menguat 0,21%, disusul oleh peso Filipina (PHP) yang naik 0,14%, serta yen Jepang (JPY) dan dolar Singapura (SGD) yang masing-masing menguat 0,12%.

Tidak semua mata uang Asia bernasib sama. Baht Thailand (THB) justru mencatat pelemahan paling dalam, yakni 0,34% ke level THB 32,56 per dolar AS, diikuti oleh yuan China (CNY) yang melemah 0,14% ke posisi CNY 7,129 per dolar AS.

Sementara itu, dong Vietnam (VND) dan rupee India (INR) juga terkoreksi tipis masing-masing 0,04% dan 0,03%.

Analis menilai, pelemahan beberapa mata uang tersebut lebih disebabkan oleh arus keluar dana asing yang masih berlanjut, serta kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi regional di tengah kebijakan moneter yang ketat.

Pergerakan rupiah hari ini juga tidak lepas dari melemahnya indeks dolar AS (DXY) yang terkoreksi 0,19% ke level 98,725.

Kendati masih berada dalam tren penguatan jangka pendek setelah mencatat kenaikan tiga hari beruntun hingga Rabu (8/10), dolar AS mulai kehilangan tenaga akibat munculnya sentimen negatif dari politik dan fiskal domestik AS.

Pasar sempat merespons rilis risalah rapat FOMC The Fed yang bernada hawkish, di mana sebagian besar pejabat bank sentral menilai kebijakan moneter ketat masih dibutuhkan hingga akhir tahun. Namun, mereka juga mengakui adanya risiko kenaikan inflasi yang harus diwaspadai.

Sinyal kebijakan tersebut membuat pasar berspekulasi bahwa The Fed akan menahan diri untuk tidak memangkas suku bunga terlalu agresif, sehingga mendorong volatilitas sementara di pasar mata uang global.

Meski The Fed menegaskan arah kebijakan moneter yang hati-hati, sentimen terhadap dolar AS melemah akibat penutupan pemerintahan (government shutdown) di AS yang telah memasuki hari ke-9.

Kebuntuan anggaran antara Kongres dan Gedung Putih memunculkan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dalam kuartal IV tahun ini.

Secara keseluruhan, pergerakan mata uang Asia hari ini menunjukkan kondisi yang bervariasi:

  • Rupiah (IDR): +0,24% → Rp16.515/US$

  • Won Korea (KRW): +0,21%

  • Dolar Taiwan (TWD): +0,21%

  • Peso Filipina (PHP): +0,14%

  • Yen Jepang (JPY): +0,12%

  • Dolar Singapura (SGD): +0,12%

  • Baht Thailand (THB): -0,34%

  • Yuan China (CNY): -0,14%

  • Dong Vietnam (VND): -0,04%

  • Rupee India (INR): -0,03%

Dengan kinerja ini, rupiah memimpin penguatan regional dan menunjukkan bahwa mata uang Indonesia masih menjadi salah satu safe haven alternatif di tengah tekanan global.

(Redaksi)