IMG-LOGO
Home Internasional Hamas Desak Jaminan dari Trump agar Perang Gaza Berakhir Permanen
internasional | umum

Hamas Desak Jaminan dari Trump agar Perang Gaza Berakhir Permanen

oleh VNS - 08 Oktober 2025 07:36 WITA
IMG
Pihak berwenang Palestina mengatakan lebih dari 1.000 unit rumah dan tempat usaha hancur akibat serangan Israel. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Perundingan damai antara Hamas dan Israel kembali berlangsung di Sharm El-Sheikh, Mesir, dengan mediator dari Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar. Namun kali ini, negosiasi berlangsung di bawah bayang-bayang ketidakpercayaan yang mendalam.


Negosiator utama Hamas, Khalil El-Hayya, menegaskan bahwa pihaknya menginginkan jaminan langsung dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan negara-negara sponsor agar perang di Gaza benar-benar berakhir untuk selamanya.

“Kami tidak mempercayai pendudukan, bahkan sedetik pun,” ujar El-Hayya kepada media pemerintah Mesir, Al-Qahera News, dikutip kantor berita AFP, Rabu (8/10/2025).

“Pendudukan Israel sepanjang sejarah tidak menepati janjinya, dan kami telah mengalaminya dua kali dalam perang ini. Karena itu, kami menuntut jaminan yang nyata,” lanjutnya.

Pernyataan El-Hayya mengacu pada dua kali pelanggaran gencatan senjata yang menurut Hamas dilakukan oleh Israel sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023.

Selain menuntut jaminan penghentian perang, Hamas juga meminta pembebasan sejumlah tokoh Palestina terkenal yang ditahan di Israel, termasuk Marwan Barghouti, seorang pemimpin senior Fatah yang dipenjara sejak 2002.

Dalam laporan Al-Qahera News, yang dekat dengan intelijen Mesir, disebutkan bahwa daftar narapidana Palestina yang akan dibebaskan sedang dibahas dalam kerangka pertukaran sandera-tahanan sebagai bagian dari rencana gencatan senjata 20 poin yang diusulkan oleh pemerintahan Trump.

Selain Barghouti, nama-nama lain yang disebut dalam daftar termasuk Ahmad Saadat, Hassan Salameh, dan Abbas Al-Sayed semuanya merupakan tokoh penting dalam berbagai faksi Palestina yang telah lama dipenjara oleh Israel.

Rencana itu mencakup pembebasan 250 tahanan Palestina dengan hukuman seumur hidup, serta lebih dari 1.700 tahanan dari Gaza yang ditangkap selama perang dua tahun terakhir.

Sebagai gantinya, Hamas dan kelompok militan lain akan membebaskan para sandera Israel yang ditawan dalam serangan 7 Oktober 2023.

Rencana yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump menjadi kerangka utama dalam perundingan terbaru ini.

Isi dari rencana tersebut antara lain:

  • Gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas,

  • Pertukaran sandera dan tahanan,

  • Penarikan bertahap pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan

  • Perlucutan senjata Hamas di bawah pengawasan internasional.

Meskipun secara formal Hamas telah menyatakan kesiapan untuk menyepakati gencatan senjata permanen, kelompok tersebut menolak pelucutan senjata tanpa adanya jaminan politik jangka panjang terhadap kemerdekaan rakyat Palestina dan penghentian blokade terhadap Gaza.

(Redaksi)