internasional | umum
Israel Resmi Setujui Gencatan Senjata di Gaza, Sandera Segera Dibebaskan
Pemerintah Israel akhirnya secara resmi mengesahkan kesepakatan gencatan senjata fase pertama di Jalur Gaza, Jumat (10/10/2025). Foto:Ist
IDENESIA.CO - Pemerintah Israel akhirnya secara resmi mengesahkan kesepakatan gencatan senjata fase pertama di Jalur Gaza, Jumat (10/10/2025). Keputusan itu menandai langkah penting menuju penghentian perang yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan menahan puluhan warga Israel sebagai sandera sejak konflik pecah dua tahun lalu.
Ratifikasi dilakukan melalui pemungutan suara di parlemen Israel (Knesset) setelah perdebatan panjang di kabinet perang. Hasil voting mayoritas menyetujui pelaksanaan gencatan dalam waktu 24 jam, disertai pembebasan 48 tawanan Israel oleh Hamas dalam kurun 72 jam setelah kesepakatan berlaku.
“Pemerintah baru saja menyetujui kerangka kerja pembebasan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal,” demikian pernyataan resmi kantor Perdana Menteri Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Gencatan senjata ini merupakan fase pertama dari Rencana Perdamaian Gaza yang difasilitasi Amerika Serikat. Sehari sebelumnya, pada Kamis (9/10), Israel dan Hamas menandatangani kesepakatan tersebut di bawah mediasi Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.
Presiden AS Donald Trump, yang menjadi mediator utama, menyampaikan langsung pengumuman itu melalui akun Truth Social-nya.
“Saya sangat bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani Tahap Pertama Rencana Perdamaian kami,” tulis Trump.
Tahap pertama ini mencakup penghentian agresi militer Israel di Gaza, penarikan sebagian pasukan dari wilayah utara Jalur Gaza, dan pemulangan seluruh sandera Israel dalam waktu 72 jam. Sebagai imbalannya, Israel juga akan membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina dari berbagai penjara.
Seorang pejabat Hamas mengatakan kepada media Arab bahwa pihaknya juga meminta pembebasan pemimpin Fatah, Marwan Barghouti, yang dipenjara seumur hidup, serta pengembalian jenazah Yahya Sinwar dan Mohammad Sinwar, dua tokoh penting Hamas yang tewas dan jenazahnya disembunyikan Israel.
Dalam kesepakatan itu, disepakati pula bahwa setidaknya 400 truk bantuan kemanusiaan akan diperbolehkan masuk ke Gaza setiap hari untuk mendistribusikan makanan, obat-obatan, dan pasokan medis bagi warga sipil.
Meski demikian, sejumlah analis menilai perjanjian ini masih rapuh, lantaran belum mencakup komitmen terhadap gencatan senjata permanen atau status pemerintahan Gaza setelah perang. Beberapa poin teknis, seperti mekanisme pengawasan dan jaminan keamanan bagi warga sipil, juga masih menunggu pembahasan lanjutan.
Israel sendiri memiliki rekam jejak melanggar kesepakatan serupa, seperti pada gencatan sebelumnya dengan Hamas dan Hizbullah di Lebanon. Karena itu, pengamat menilai pengawasan internasional akan sangat menentukan keberlangsungan kesepakatan ini.
Ironisnya, di tengah kabar gencatan senjata ini, serangan udara Israel masih berlangsung di beberapa titik Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 10 warga Palestina tewas dan 49 lainnya luka-luka akibat serangan terbaru pasukan Zionis hanya beberapa jam setelah pengumuman kesepakatan.
(Redaksi)