IDENESIA.CO - Konvoi kemanusiaan Global Sumud Flotilla yang berlayar menuju Gaza diserang secara brutal oleh 20 kapal perang Zionis Israel di perairan internasional, Kamis (2/10/2025) dini hari. Armada ini membawa bantuan logistik dan obat-obatan untuk masyarakat Gaza yang terisolasi akibat blokade panjang.
Menurut laporan resmi saluran komunikasi Global Sumud Flotilla, pasukan Israel tidak hanya mengepung tetapi juga menaiki kapal-kapal kemanusiaan dan diduga menahan sejumlah relawan internasional. Hingga berita ini disampaikan, pihak flotilla masih berupaya memastikan daftar lengkap para aktivis yang disandera.
Pihak Israel awalnya mengklaim telah mencegat enam kapal. Namun juru bicara Global Sumud Flotilla, Saif Abukeshek, memperbarui informasi di Instagram dan menyebutkan bahwa pasukan Israel telah mencegat 13 kapal di laut.
Abukeshek menjelaskan terdapat 201 orang dari 37 negara di armada ini, termasuk 30 peserta dari Spanyol, 22 dari Italia, 21 dari Turki, dan 12 dari Malaysia. Meskipun ada penangkapan, Abukeshek menegaskan misi kelompok ini tetap berjalan.
“Kami masih memiliki sekitar 30 kapal yang berjuang menghindari kapal militer dan bertekad mematahkan pengepungan Gaza,” ujarnya.
Sejak Rabu malam (1/10/2025), 41 kapal kemanusiaan telah memasuki zona merah pertama berjarak 100 mil laut di barat daya pantai Gaza, ditandai kode R3. Di titik ini, flotilla melaporkan keberadaan sekitar 20 kapal perang Israel hanya tiga mil di depan rombongan.
Setelah memutuskan tetap berlayar, komunikasi radio mulai dibajak. Satu per satu saluran CCTV kapal terputus, radio antar kapal terganggu, dan kapal perang Israel mulai mengepung armada kemanusiaan tersebut.
Global Sumud Flotilla mengabarkan sedikitnya tujuh kapal kemanusiaan utama diserang di antaranya Kapal Alma, Sirius, Fair Lady, Huga, Grande Blue, Estrella Y Manuel, Hio, dan Free Willy. Aplikasi pemantauan pelayaran Magic Mapim melaporkan Kapal Adara, Yulara, dan Mango turut diserang. Pada pukul 03.00 dini hari Kamis, tercatat 11 kapal diserang, delapan di antaranya berstatus darurat.
Sebelum pasukan Israel menaiki kapal-kapal tersebut, Thiago Avila, salah satu pemimpin pelayaran, sempat melakukan negosiasi via radio agar armada kemanusiaan dibiarkan berlayar ke Gaza. Namun komunikasi buntu. Pasukan Israel mengintimidasi melalui ancaman radio bahwa mereka akan menghentikan paksa pelayaran dan menyita kapal jika tetap menuju Gaza.
Selain menaiki kapal, angkatan laut Israel menggunakan cara-cara kekerasan seperti menabrak kapal Florida, menembaki dengan meriam air kapal Yulara dan Meteque, serta merusak komunikasi armada. Penyelenggara flotilla menyebut aksi ini serangan ilegal di perairan internasional yang melanggar hukum internasional.
Thiago Avila menegaskan melalui radio bahwa keberadaan Global Sumud Flotilla sah secara hukum internasional.
“Kami misi kemanusiaan yang damai. Kami hanya membawa makanan, obat-obatan, air bersih, dan susu bayi untuk masyarakat Gaza,” tegasnya.
Meski demikian, tentara Israel tetap menyerang dan menangkap para aktivis, termasuk aktivis iklim Greta Thunberg. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menyatakan para aktivis yang ditahan akan dideportasi setelah perayaan Yom Kippur berakhir. Ia mengklaim armada ini tidak tertarik pada bantuan, hanya provokasi, meskipun PBB telah memperingatkan ancaman kelaparan akibat blokade Israel yang menewaskan lebih dari 350 warga Gaza.
Serangan terhadap Global Sumud Flotilla memicu aksi unjuk rasa besar-besaran di Eropa. Di Italia, serikat pekerja CGIL menyebut agresi terhadap kapal sipil membawa warga Italia sebagai masalah serius dan menyerukan pemogokan massal. Aksi terjadi di Roma, Napoli, Genoa, Milan, Turin, Florence, Pisa, Livorno, Pistoia, Siena, dan La Spezia. Di Napoli, pengunjuk rasa bahkan menghentikan lalu lintas kereta api utama.
Al Jazeera melaporkan demonstrasi juga pecah di Berlin, Athena, Roma, Istanbul, Tunis, Paris, Barcelona, dan Brussels. Di Irlandia, kemarahan meningkat setelah senator Sinn Fein Chris Andrews ditahan di kapal flotilla. Partai Sinn Fein mendesak pemerintah Irlandia bertindak untuk pembebasan senator dan 22 warga Irlandia lain yang ikut dalam misi kemanusiaan tersebut. Presiden Irlandia Michael D Higgins mengecam intersepsi kapal flotilla sebagai pelanggaran terang-terangan hukum internasional.
Global Sumud Flotilla merupakan salah satu konvoi kemanusiaan terbesar, dengan lebih dari 40 kapal dan 500 aktivis internasional berupaya membawa air, makanan, dan obat-obatan ke Gaza. Presiden Higgins mengingatkan,
“Dalam beberapa minggu terakhir ada konsensus PBB bahwa Negara Palestina harus diakui. Kita harus bertanya di mana komitmen ini jika armada kemanusiaan dihalangi mencapai tujuannya.”
Hingga berita ini diturunkan, penyerangan masih berlangsung, dan jumlah pasti relawan yang disandera belum dapat dipastikan. Armada yang tersisa tetap berupaya melanjutkan pelayaran menuju Gaza meski dihadang militer Israel.
(Redaksi)