IMG-LOGO
Home Iptek Cegah Banjir Sekaligus Hadirkan Taman Kota, Kolam Retensi Sempaja Jadi Wajah Baru Samarinda Utara
iptek | umum

Cegah Banjir Sekaligus Hadirkan Taman Kota, Kolam Retensi Sempaja Jadi Wajah Baru Samarinda Utara

oleh VNS - 20 Oktober 2025 13:25 WITA
IMG
Proyek pembangunan kolam retensi di kawasan Perumahan Sempaja Lestari Indah (SLI), Kelurahan Sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Upaya Pemerintah Kota Samarinda dalam mengatasi banjir tidak lagi hanya berfokus pada pembangunan drainase, tetapi juga diarahkan untuk menghadirkan infrastruktur hijau yang memberi manfaat sosial, ekologis, dan ekonomi bagi masyarakat. Salah satunya melalui proyek pembangunan kolam retensi di kawasan Perumahan Sempaja Lestari Indah (SLI), Kelurahan Sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara, yang kini tengah menunjukkan kemajuan signifikan.


Proyek senilai Rp 9,8 miliar yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Samarinda ini telah mencapai sekitar 50 persen, dan ditargetkan rampung pada Desember 2025. Namun, proyek tersebut tidak berhenti pada fungsi teknis untuk menampung air hujan dan mencegah banjir. Kolam retensi ini justru akan menjadi ikon ruang publik hijau baru di Samarinda Utara kawasan yang selama ini dikenal rawan genangan.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) DPUPR Samarinda, Darmadi, menjelaskan bahwa saat ini tim tengah mempercepat sejumlah pekerjaan penting di lapangan, termasuk pembangunan akses jalan inspeksi, pintu air outlet, dan rumah pompa.

“Fokus kami sekarang pada pembangunan akses jalan inspeksi, pintu air untuk outlet, serta rumah pompa,” ujarnya, Senin (20/10/2025).

Selain itu, tim juga menyelesaikan pembangunan pelimpah dan saluran outlet di kawasan Jalan Damai, yang akan terhubung langsung ke Jalan PM Noor. Sistem tersebut memungkinkan air dari kolam retensi dialirkan secara bertahap ke jaringan drainase kota, tanpa menimbulkan beban berlebih pada titik simpang Sempaja kawasan yang kerap menjadi langganan genangan air.

“Jadi tidak dibuang ke satu titik saja, karena kalau air dikumpulkan di simpang Sempaja bisa menambah beban dan memperparah genangan,” terang Darmadi.

Secara teknis, kolam retensi Sempaja didesain untuk menampung luapan air dari kawasan hulu seperti Jalan Padat Karya dan Bengkuring setiap kali hujan deras mengguyur Samarinda. Kolam berfungsi menahan air sementara sebelum dialirkan perlahan ke outlet utama.

“Air yang tertampung kemudian dialirkan perlahan ke outlet utama agar debit air di permukiman tidak melonjak tiba-tiba,” tambahnya.

Prinsip kerja ini memungkinkan air hujan tertampung dalam volume besar tanpa langsung menekan sistem drainase kota. Dengan demikian, risiko banjir di kawasan padat penduduk seperti Sempaja Timur, Bengkuring, dan sekitarnya dapat ditekan secara signifikan. Saat musim kemarau, air kolam akan dikuras hingga batas aman, tetapi tidak sampai kering total agar tetap menjaga keseimbangan ekosistem sekitar.

“Ada ketinggian jaga yang harus dipertahankan. Kolam ini bukan sekadar wadah air, tapi juga bagian dari sistem ekologis kota,” jelas Darmadi.

DPUPR Samarinda memastikan seluruh pekerjaan diawasi secara rutin agar kendala di lapangan segera diatasi. Pengawasan juga dilakukan pada kualitas konstruksi rumah pompa dan outlet, yang menjadi elemen vital dalam sistem pengendalian air.

“Kami menargetkan penyelesaian fisik tetap Desember tahun ini. Kalau semua berjalan sesuai jadwal, awal tahun depan kolam sudah bisa difungsikan sebagian,” tegas Darmadi.

Ia menambahkan, proyek ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Pemkot Samarinda di bawah kepemimpinan Wali Kota Andi Harun, yang menekankan pentingnya tata kelola air terpadu dan pembangunan infrastruktur hijau. Melalui pendekatan ini, upaya pengendalian banjir diharapkan bisa sejalan dengan peningkatan kualitas lingkungan dan estetika kota.

Yang membuat proyek kolam retensi Sempaja berbeda dengan proyek pengendalian banjir lainnya adalah konsep pengembangannya yang berorientasi pada fungsi ganda: pengendalian air sekaligus penyediaan ruang publik hijau.

“Tak hanya berfungsi teknis, kawasan kolam retensi itu juga disiapkan menjadi ruang publik baru,” ujar Darmadi.

DPUPR Samarinda merencanakan penambahan fasilitas rekreasi seperti jogging track, area UMKM, taman tematik, serta zona parkir pada tahap perluasan kawasan yang dijadwalkan mulai tahun depan. Total anggaran lanjutan diperkirakan mencapai Rp 20 miliar, dan akan diusulkan dalam APBD tahun 2026.

“Masih akan kita lanjutkan penataan tahap berikutnya, termasuk area rekreasi dan fasilitas umum. Targetnya, kawasan ini jadi ruang publik yang hidup,” jelasnya.

Ruang terbuka hijau tersebut nantinya akan berfungsi ganda: menyerap air hujan, mengurangi suhu mikroklimat, dan menyediakan sarana rekreasi bagi warga sekitar. Kolam retensi juga diharapkan menjadi tempat masyarakat berinteraksi sosial, olahraga, hingga menjalankan kegiatan UMKM.

Warga Sempaja Timur pun menyambut baik rencana tersebut. Nuraini (38), warga Perumahan SLI, mengatakan, “Selama ini kalau mau jogging atau jalan sore, kami harus ke taman kota di pusat Samarinda. Kalau nanti di sini ada jogging track, pasti ramai. Apalagi kalau ada pedagang lokalnya.”

Selain manfaat lingkungan, proyek ini juga diproyeksikan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan adanya area UMKM di sekitar kolam, warga dapat menjajakan produk kuliner dan kerajinan khas Samarinda. Kehadiran pengunjung dari berbagai penjuru kota diprediksi akan meningkatkan aktivitas ekonomi di Samarinda Utara.

Lebih jauh, konsep ini menjadi contoh nyata bagaimana pembangunan infrastruktur dapat berfungsi sosial dan ekologis sekaligus.

“Proyek ini bukan hanya soal menampung air, tetapi juga menciptakan keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan,” ungkap Darmadi.

Dengan target penyelesaian pada akhir tahun ini dan pengembangan lanjutan di tahun depan, DPUPR optimistis bahwa Kolam Retensi Sempaja akan menjadi ikon baru kota Samarinda proyek yang tidak hanya menyelamatkan warga dari banjir, tetapi juga menghadirkan ruang hidup yang lebih hijau dan inklusif.

“Kami optimis akhir 2025 seluruh kawasan sudah bisa berfungsi penuh, baik sebagai infrastruktur pengendali banjir maupun sebagai area publik yang bermanfaat,” pungkas Darmadi.

(Redaksi)