IDENESIA.CO - Meski layanan cek kesehatan gratis telah tersedia di seluruh puskesmas Samarinda sejak Februari 2025, antusiasme warga masih jauh dari harapan. Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda kini berfokus membangun kesadaran kolektif agar masyarakat tidak menunggu sakit untuk peduli pada kesehatannya.
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digagas Pemkot Samarinda pada awal tahun 2025 sejatinya dirancang sebagai langkah preventif untuk mendorong deteksi dini penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan anemia. Namun, delapan bulan sejak diluncurkan, partisipasi masyarakat masih tergolong rendah.
Wakil Wali Kota Samarinda, Saefuddin Zuhri, menyebut bahwa tantangan terbesar bukan pada fasilitas atau biaya, melainkan pola pikir masyarakat yang masih menempatkan kesehatan sebagai urusan setelah sakit datang.
“Kita selalu sampaikan terus, tapi kesadaran masyarakat ini kan begitu. Kita harus beri tahu terus-menerus. Harusnya kita bisa mencegah secara dini supaya kesehatan kita tetap baik,” ujar Saefuddin, ditemui usai kegiatan pemeriksaan kesehatan di kawasan Puskesmas Pasundan, Selasa (15/10/2025).
Menurutnya, meski pemerintah sudah berulang kali melakukan sosialisasi, sebagian besar warga masih enggan memeriksakan diri. Padahal, fasilitas skrining kesehatan kini tersedia gratis dan mudah diakses di seluruh puskesmas.
“Mengetahui lebih awal bukanlah hal yang menakutkan. Justru itu langkah pertama untuk menjaga masa depan kesehatan kita,” tegasnya.
Edukasi dan Pencegahan Jadi Prioritas
Pemkot Samarinda menilai bahwa langkah preventif seperti skrining kesehatan merupakan bagian penting dari visi kota sehat dan produktif. Melalui program ini, warga diharapkan bisa mengenali gejala awal penyakit sebelum berkembang menjadi kronis.
Selain itu, deteksi dini juga berhubungan erat dengan pemenuhan gizi masyarakat dan pencegahan risiko stunting, terutama bagi keluarga muda. Pemerintah menegaskan, membangun kesadaran sejak dini akan berdampak langsung pada kualitas generasi mendatang.
“Kalau kita tahu kondisi tubuh lebih cepat, tindakan medis juga bisa dilakukan lebih tepat. Ini bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga,” tambah Saefuddin.
Peran Puskesmas di Lapangan
Salah satu fasilitas yang aktif menjalankan program ini adalah Puskesmas Pasundan. Kepala Puskesmas, drg. Aprilya Lailati, menjelaskan bahwa program CKG terbuka untuk semua warga Samarinda tanpa biaya, hanya dengan membawa KTP dan kartu BPJS baik dari program KIS, Mandiri, maupun pemerintah.
“Memang benar apa yang dikatakan Pak Wawali, layanan CKG ini bisa dilakukan oleh siapa saja yang ingin skrining secara gratis,” ujarnya.
Ia mengatakan, pihaknya telah menyebarluaskan informasi program ini melalui berbagai kanal komunikasi, mulai dari media sosial, website, hingga poster di lingkungan masyarakat.
“Kami sudah sering sampaikan melalui media sosial dan poster. Tujuannya agar masyarakat sadar bahwa skrining bisa mendeteksi penyakit yang selama ini tidak disadari,” jelas Aprilya.
Menurutnya, bagi warga yang sehat, pemeriksaan bisa dilakukan setiap enam bulan sekali, sementara bagi penderita penyakit seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, pemeriksaan disarankan lebih sering.
“Kalau mereka sehat, bisa cek enam bulan sekali. Tapi kalau ada penyakit seperti kencing manis atau hipertensi, bisa lebih rutin di puskesmas terdekat,” tambahnya.
Partisipasi Masih Rendah
Meski sudah berjalan hampir delapan bulan, Aprilya mengakui partisipasi masyarakat masih rendah.
“Belum terlalu banyak yang datang. Sebagian warga merasa skrining ini tidak penting atau takut kalau nanti ditemukan penyakit,” katanya.
Padahal, menurutnya, tujuan utama pemeriksaan ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan agar penyakit bisa dicegah lebih awal sebelum menjadi berat.
“Sebetulnya ini bentuk pencegahan dini supaya penyakitnya tidak berkelanjutan. Kalau tahu lebih cepat, bisa diatasi lebih cepat juga,” jelasnya.
Ia berharap warga Samarinda mulai mengubah cara pandang terhadap kesehatan. Menurutnya, budaya menjaga diri harus lahir bukan karena takut sakit, melainkan karena ingin hidup sehat dan produktif.
“Harapannya masyarakat Kota Samarinda selalu sehat, bahagia, dan tetap semangat supaya hidupnya lebih berarti dan bermanfaat,” tutupnya.
Fenomena rendahnya partisipasi masyarakat dalam program CKG menjadi cermin tantangan baru bagi pemerintah daerah: mengubah paradigma masyarakat dari pengobatan menuju pencegahan.
Pemkot Samarinda berencana memperluas jangkauan sosialisasi, menggandeng RT, kelurahan, dan kader posyandu agar masyarakat dari semua lapisan bisa ikut berpartisipasi. Selain itu, pemerintah juga tengah menyiapkan sistem pelaporan digital untuk memudahkan warga melakukan pendaftaran dan pemantauan hasil pemeriksaan secara daring.
(Redaksi)