internasional | umum
Israel dan AS Bahas Mekanisme Internasional untuk Hancurkan Terowongan Hamas
Menhan Israel, Israel Katz berencana melancarkan operasi besar-besaran untuk menghancurkan jaringan terowongan bawah tanah milik Hamas di Jalur Gaza. Foto:Ist
IDENESIA.CO - Pemerintah Israel berencana melancarkan operasi besar-besaran untuk menghancurkan jaringan terowongan bawah tanah milik Hamas di Jalur Gaza setelah seluruh sandera dibebaskan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata terbaru. Langkah ini disebut sebagai bagian dari strategi demiliterisasi Hamas dan akan dilakukan dengan persetujuan Amerika Serikat (AS).
Rencana tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dalam pernyataan resmi pada Minggu (12/10/2025) waktu setempat, seperti dikutip dari AFP dan Al Arabiya, Senin (13/10/2025).
“Tantangan besar Israel setelah fase pembebasan sandera adalah penghancuran semua terowongan teroris Hamas di Gaza,” ujar Katz.
“Saya telah memerintahkan militer untuk bersiap melaksanakan misi ini,” tambahnya.
Katz menjelaskan bahwa operasi penghancuran terowongan Hamas akan dilakukan di bawah mekanisme internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat, sebagai mediator utama dalam kesepakatan gencatan senjata Gaza yang mulai berlaku sejak Jumat (10/10).
Langkah ini disebut akan menjadi tahap kedua dari rencana gencatan senjata yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump, setelah tahap pertama berupa pembebasan sandera.
Menurut rencana tersebut, penghancuran jaringan bawah tanah Hamas akan menjadi bagian dari proses perlucutan senjata dan demiliterisasi Gaza, yang bertujuan menghapus kemampuan militer Hamas di wilayah tersebut.
“Tahap ini akan dilakukan setelah semua sandera dibebaskan dan situasi keamanan memungkinkan. Tujuannya jelas memastikan Hamas tidak lagi memiliki kemampuan untuk menyerang Israel dari bawah tanah,” terang Katz.
Pada tahap awal kesepakatan, Hamas telah menyetujui gencatan senjata dan pembebasan 48 sandera warga Israel pada Senin (13/10) waktu setempat. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan lebih dari 1.700 tahanan Palestina dari berbagai penjara di wilayahnya.
Kesepakatan ini disebut sebagai langkah paling signifikan sejak konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas kembali pecah tahun sebelumnya, yang telah menewaskan ribuan warga sipil dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur di Jalur Gaza.
Meski menyetujui gencatan senjata tahap pertama, Hamas menolak keras bagian dari rencana yang mengharuskan mereka melucuti senjata.
Pejabat senior Hamas, Hossam Badran, mengatakan kepada AFP bahwa tahap kedua dari proposal yang diajukan AS masih penuh dengan kerumitan dan kesulitan.
“Kami terbuka terhadap solusi politik, tetapi pelucutan senjata bukan bagian dari opsi yang kami pertimbangkan,” kata Badran.
Penolakan ini menunjukkan bahwa negosiasi damai Gaza masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam tahap implementasi yang melibatkan aspek keamanan dan kontrol wilayah.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa negaranya telah meraih kemenangan signifikan atas Hamas dalam fase konflik terakhir.
“Bersama-sama kita meraih kemenangan luar biasa, kemenangan yang memukau seluruh dunia. Namun di saat yang sama, saya harus memberi tahu Anda, perjuangan belum berakhir,” ujar Netanyahu dalam pernyataan resminya.
(Redaksi)