IMG-LOGO
Home Internasional Israel Luncurkan Serangan ke Enam Negara Arab, Korban Sipil Berjatuhan
internasional | umum

Israel Luncurkan Serangan ke Enam Negara Arab, Korban Sipil Berjatuhan

oleh VNS - 14 September 2025 10:59 WITA
IMG
Ilustrasi Israel yang kembali memborbardir Gaza. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Ketegangan di kawasan Timur Tengah meningkat tajam setelah Israel melancarkan serangan udara secara bersamaan ke enam negara Arab, yakni Palestina, Lebanon, Suriah, Tunisia, Qatar, dan Yaman. Aksi militer tersebut diklaim Israel sebagai upaya untuk melumpuhkan Hamas, namun justru memicu kecaman internasional karena menimbulkan banyak korban sipil.


Di Palestina, khususnya Gaza, serangan Israel terus berlangsung hampir dua tahun terakhir. Data terbaru mencatat 64.000 warga Palestina tewas, termasuk 20.000 anak-anak sejak agresi dimulai.

Serangan awal pekan ini menambah daftar panjang korban, dengan 150 orang tewas dan 540 orang terluka. Pada Senin (8/9/2025) saja, 67 warga sipil meninggal dunia, di antaranya 14 orang yang sedang mencari bantuan pangan dan dua anak-anak yang dilaporkan meninggal karena kelaparan.

Israel juga meluncurkan serangan ke Lebanon, dengan klaim menargetkan depot senjata Hizbullah. Namun, kebenaran klaim tersebut belum dapat diverifikasi dan Hizbullah belum memberikan tanggapan resmi.

Serangan ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata November 2024 dan meningkatkan potensi eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah yang memang memiliki sejarah panjang permusuhan.

Di Suriah, pesawat tempur Israel menyerang pangkalan angkatan udara di Homs serta barak militer di dekat Latakia.

Kementerian Luar Negeri Suriah mengecam aksi ini sebagai pelanggaran kedaulatan nasional, sementara media pemerintah menilai serangan Israel sebagai bentuk agresi berkelanjutan yang mengancam stabilitas kawasan. Ironisnya, serangan dilakukan ketika Suriah dan Israel tengah melakukan pembicaraan damai untuk mengurangi ketegangan militer.

Di Tunisia, Israel menyerang Global Sumud Flotilla, koalisi lebih dari 50 kapal yang berusaha menembus blokade Gaza. Serangan tersebut terjadi dua malam berturut-turut, padahal flotilla dijadwalkan berlayar ke Gaza setelah berlabuh di Sidi Bou Said pada 7 September.

Serangan ini menimbulkan kecaman luas karena dianggap menghalangi misi kemanusiaan internasional.

Qatar, yang selama ini menjadi mediator dalam negosiasi antara Hamas, Israel, dan Amerika Serikat, juga tak luput dari serangan.

Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengutuk aksi Israel dan menyebutnya sebagai terorisme negara. Ia menegaskan, serangan tersebut justru memperburuk kekacauan regional di saat negara-negara Teluk tengah berusaha mendorong diplomasi.

Di Yaman, serangan udara Israel menghantam ibu kota Sanaa serta provinsi al-Jawf. Laporan resmi menyebut sedikitnya 35 orang tewas dan 131 orang terluka.

Korban sipil mendominasi, dengan sejumlah fasilitas umum ikut rusak, termasuk rumah sakit di Jalan al-Sitteen, Sanaa, dan kompleks pemerintahan di al-Hazm, al-Jawf. Kementerian Kesehatan Yaman menyebut serangan ini sebagai agresi brutal terhadap pemukiman sipil.

Gelombang serangan Israel ke enam negara Arab ini langsung menuai kecaman dari komunitas internasional. Banyak pihak menilai bahwa tindakan ini berpotensi memicu perang regional yang lebih luas, melibatkan berbagai kekuatan militer di Timur Tengah.

Sementara Israel berdalih langkah ini sebagai bagian dari “operasi keamanan nasional” untuk melemahkan Hamas, fakta di lapangan menunjukkan ribuan warga sipil menjadi korban utama.

(Redaksi)