IMG-LOGO
Home Nasional Setahun Pemerintahan Prabowo–Gibran, CELIOS Catat Bahlil Lahadalia Jadi Menteri dengan Kinerja Terendah
nasional | umum

Setahun Pemerintahan Prabowo–Gibran, CELIOS Catat Bahlil Lahadalia Jadi Menteri dengan Kinerja Terendah

oleh VNS - 21 Oktober 2025 10:49 WITA
IMG
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. foto: Ist

IDENESIA.CO - Memasuki satu tahun masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, sorotan publik terhadap kinerja kabinet semakin menguat.

Lembaga riset independen Center of Economic and Law Studies (CELIOS) merilis hasil survei nasional yang menunjukkan adanya ketimpangan kinerja di antara para menteri. Salah satu temuan paling mencolok, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dinilai publik sebagai menteri dengan kinerja terburuk, sekaligus menempati posisi teratas dalam daftar pejabat yang layak terkena reshuffle kabinet.

CELIOS: Survei Berdasarkan Evaluasi Kinerja Publik

CELIOS dikenal sebagai lembaga riset yang fokus pada bidang ekonomi, hukum, dan kebijakan publik. Melalui survei terbarunya, lembaga ini berupaya memberikan gambaran objektif mengenai capaian, efektivitas, serta tantangan yang dihadapi kabinet Prabowo–Gibran selama satu tahun pertama menjabat.

Menurut Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyudi Askar, survei ini dirancang sebagai alat ukur evaluatif yang berfokus pada empat sektor utama: ekonomi, sosial-politik, hukum, serta hak asasi manusia (HAM).

“Urgensi dari evaluasi ini adalah untuk melihat capaian dan tantangan pemerintah di empat sektor tersebut. Data yang kami rilis merupakan hasil agregasi dari suara masyarakat, bukan opini lembaga,” ujar Media dalam konferensi pers, Minggu (19/10/2025).

CELIOS menyebut survei dilakukan dengan pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif, melibatkan responden dari berbagai wilayah Indonesia, serta masukan dari kalangan akademisi dan pengamat kebijakan publik.

Bahlil Lahadalia Paling Banyak Dikritik

Hasil survei menunjukkan, Bahlil Lahadalia menempati posisi pertama sebagai menteri dengan penilaian kinerja terburuk, memperoleh nilai minus 151 poin. Angka tersebut menandakan tingkat ketidakpuasan tertinggi baik dari masyarakat umum maupun kalangan ahli.

“Peringkat pertama yang paling layak di-reshuffle adalah Pak Bahlil,” ungkap Media Wahyudi Askar.

CELIOS menilai rendahnya performa Bahlil berkaitan dengan sejumlah kebijakan strategis di sektor energi dan investasi yang belum mencapai target, serta dinamika internal kementerian yang dinilai belum stabil. Selain itu, publik juga menyoroti lambatnya implementasi proyek hilirisasi dan transisi energi, yang menjadi salah satu fokus utama pemerintahan Prabowo–Gibran.

Deretan Menteri dengan Kinerja Terendah di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Bahlil, beberapa nama menteri lain turut masuk dalam daftar pejabat dengan kinerja rendah versi survei CELIOS.

Berikut tujuh besar menteri dengan nilai negatif tertinggi:

  1. Bahlil Lahadalia – Menteri ESDM (−151)

  2. Dadan Hindayana – Kepala Badan Gizi Nasional (−81)

  3. Natalius Pigai – Menteri HAM (−79)

  4. Raja Juli Antoni – Menteri Kehutanan (−56)

  5. Fadli Zon – Menteri Kebudayaan (−36)

  6. Widiyanti Putri Wardhana – Menteri Pariwisata (−34)

  7. Zulkifli Hasan – Menko Bidang Pangan (−22)

Hasil ini memperlihatkan adanya persepsi publik yang cukup tajam terhadap beberapa kebijakan kementerian, terutama di bidang sumber daya alam, pangan, serta kebudayaan yang dianggap belum menunjukkan hasil optimal.

Evaluasi Kinerja Kabinet Jadi Sorotan

Setahun pemerintahan Prabowo–Gibran dinilai sebagai fase penting dalam konsolidasi dan arah kebijakan jangka menengah nasional. CELIOS mencatat, meski ada sejumlah kemajuan di bidang infrastruktur, keamanan pangan, dan transformasi digital, namun ketimpangan dalam kinerja antar kementerian masih menjadi catatan utama.

Menurut CELIOS, publik menilai beberapa kebijakan masih kurang sinkron antar kementerian, sehingga berdampak pada efektivitas program nasional.

“Pemerintah perlu melakukan penataan ulang struktur kabinet agar kinerja dan koordinasi kebijakan lebih efisien ke depan,” kata Media Wahyudi Askar.

Ia menambahkan bahwa reshuffle merupakan bagian dari mekanisme politik yang wajar dalam sistem presidensial, terutama ketika evaluasi menunjukkan adanya gap kinerja yang cukup lebar di antara para menteri.

Reshuffle Jadi Sinyal Politik

Isu reshuffle kabinet bukan hal baru, namun hasil survei CELIOS kali ini memperkuat dorongan publik agar Presiden Prabowo melakukan penyesuaian formasi menteri. Pengamat menilai, langkah tersebut dapat menjadi sinyal politik positif untuk memperkuat kepercayaan publik serta menjaga stabilitas pemerintahan di tahun kedua masa jabatan.

Selain menjadi refleksi terhadap kinerja para menteri, hasil survei juga memperlihatkan ekspektasi masyarakat terhadap kabinet yang lebih solid, profesional, dan responsif terhadap persoalan rakyat.

Survei CELIOS memberikan potret jelas mengenai persepsi publik terhadap performa kabinet Prabowo–Gibran di tahun pertama pemerintahan. Bahlil Lahadalia menjadi sorotan utama dengan nilai kinerja terendah, sementara sejumlah menteri lain juga dinilai perlu dievaluasi.

Temuan ini diharapkan menjadi bahan introspeksi bagi pemerintah dalam memperkuat efektivitas dan akuntabilitas birokrasi, agar program strategis nasional dapat berjalan lebih optimal di tahun-tahun mendatang.

(Redaksi)