IMG-LOGO
Home Nasional Setelah Ribuan Korban, Bakteri Penyebab Keracunan MBG di Bandung Barat Akhirnya Teridentifikasi
nasional | umum

Setelah Ribuan Korban, Bakteri Penyebab Keracunan MBG di Bandung Barat Akhirnya Teridentifikasi

oleh VNS - 29 September 2025 06:12 WITA
IMG
Siswa korban keracunan usai menyantap menu MBG menjalani perawatan medis di Posko Penanganan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Rabu (24/9/2025). Foto:Ist

IDENESIA.CO - Kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat (KBB) akhirnya menemukan titik terang. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya kontaminasi bakteri berbahaya yang menjadi penyebab utama peristiwa ini.


Data hingga Jumat (26/9/2025) mencatat sedikitnya 1.333 orang menjadi korban keracunan setelah menyantap makanan MBG di Kecamatan Cipongkor, KBB. Sementara itu, 657 orang lainnya juga mengalami gejala serupa di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut.

Meski sebagian besar korban telah dipulangkan setelah mendapatkan penanganan medis, beberapa pasien kembali datang ke fasilitas kesehatan karena gejala kambuh.

“Jadi semalam kami temukan 4 pasien KLB keracunan yang datang lagi padahal sebelumnya sudah dinyatakan membaik. Kebetulan saya ikut menangani langsung, jadi saya juga hafal betul wajahnya,” ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat Lia N. Sukandar dilansir detikJabar, Jumat (26/9/2025).

Lia menjelaskan, berdasarkan anamnesa atau pengumpulan informasi medis, gejala berulang pasien salah satunya dipicu oleh konsumsi makanan yang tidak tepat setelah pulang dari perawatan.

“Ternyata ada yang dikasih jeruk, terus makan ayam goreng. Nah apakah itu beli atau masak sendiri kan kita nggak tahu. Jadi hal-hal itu yang membuat mereka bergejala lagi,” kata Lia.

Untuk mencegah kasus serupa, Lia menginstruksikan semua petugas posko di GOR Kecamatan Cipongkor dan titik penanganan lainnya agar mengedukasi pasien dan keluarganya mengenai pola makan yang aman setelah pulih.

“Ketika pulang dan dinyatakan membaik itu jangan makan yang macam-macam dulu. Cukup makan bubur saja dan harus yang dimasak sendiri,” ujarnya.

Hingga saat ini, tersisa 12 pasien keracunan massal yang masih dirawat di posko GOR Cipongkor. Petugas kesehatan tetap siaga menerima pasien baru maupun mereka yang mengalami gejala berulang.

Hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat akhirnya mengungkap biang kerok keracunan massal ini. Kepala UPTD Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat dr Ryan Bayusantika Ristandi menyatakan bahwa tim laboratorium menemukan bakteri Salmonella dan Bacillus cereus pada sampel makanan MBG yang diperiksa.

“Hasil pemeriksaan kami menunjukkan adanya bakteri pembusuk, yakni Salmonella dan Bacillus cereus yang berasal dari komponen karbohidrat dalam makanan,” kata Ryan, dilansir Antara, Minggu (28/9/2025).

Ryan menjelaskan, salah satu penyebab utama kontaminasi adalah rentang waktu penyiapan hingga penyajian makanan yang terlalu lama sehingga memungkinkan bakteri berkembang biak.

“Jika makanan disimpan pada suhu ruang lebih dari enam jam, apalagi tanpa pengontrolan suhu yang tepat, risiko tumbuhnya bakteri sangat tinggi,” ujarnya.

Ryan menekankan pentingnya menjaga higienitas dalam proses pengolahan makanan, mulai dari penggunaan air bersih hingga kebersihan petugas dapur. Ia menyarankan makanan disimpan pada suhu di atas 60 derajat Celsius atau di bawah 5 derajat Celsius untuk mencegah pembusukan.

“Pemasak juga harus mengenakan sarung tangan, pakaian bersih, dan memastikan tidak ada terkontaminasi dari bahan lain,” tuturnya.

Dinas Kesehatan Jawa Barat mengimbau semua pihak yang terlibat dalam program MBG untuk memperketat protokol keamanan pangan agar kejadian serupa tidak terulang. Penegakan standar higienitas, pelatihan petugas dapur, dan pengawasan rantai distribusi makanan diharapkan dapat menutup celah risiko keracunan massal di masa mendatang.

(Redaksi)