IMG-LOGO
Home Sosok Trump vs Microsoft: Desakan Pemecatan Lisa Monaco Jadi Isu Keamanan Nasional AS
sosok | umum

Trump vs Microsoft: Desakan Pemecatan Lisa Monaco Jadi Isu Keamanan Nasional AS

oleh VNS - 28 September 2025 09:58 WITA
IMG
Lisa Monaco, Presiden Urusan Global Microsoft (Ist)

IDENESIA.CO - Desakan Presiden AS Donald Trump agar Microsoft memecat Lisa Monaco menandai eskalasi baru dalam tarik-menarik kepentingan antara Gedung Putih dan raksasa teknologi. Kasus ini menegaskan bahwa penempatan pejabat puncak di sektor teknologi kini bukan sekadar urusan korporasi, melainkan juga menyangkut keamanan nasional dan geopolitik global.

Lisa Monaco, mantan pejabat tinggi era Obama dan Biden, ditunjuk Microsoft pada Mei lalu sebagai Presiden Urusan Global Microsoft. Perannya mencakup kebijakan keamanan siber dan koordinasi dengan berbagai pemerintah di dunia.

Namun, Presiden Donald Trump menuding Monaco membawa potensi risiko karena kedekatannya dengan pemerintahan Demokrat. Melalui Truth Social, ia meminta agar Microsoft segera menghentikan kerja sama dengan Monaco demi alasan keamanan nasional.

“Menurut pendapat saya, Microsoft harus segera mengakhiri pekerjaan Lisa Monaco,” tulis Trump di X dilansir pada Minggu (28/9/2025)

Seruan itu langsung memicu perdebatan luas. Para pendukung Trump menilai latar belakang Monaco bisa memengaruhi arah kebijakan Microsoft dalam proyek-proyek strategis pemerintah AS, termasuk bidang pertahanan siber.

Kritik juga datang dari kalangan aktivis konservatif, yang menyebut penempatan Monaco sebagai bukti kuatnya pengaruh Demokrat di perusahaan teknologi besar. Bahkan, isu ini meluas ke sentimen politik identitas, dengan menyinggung latar belakang CEO Satya Nadella.

Serangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Lisa Monaco, Presiden Urusan Global Microsoft, bukanlah langkah yang mengejutkan.

Bagi Trump, mengincar tokoh-tokoh penting di industri teknologi sudah menjadi pola sejak ia kembali menempati Gedung Putih.

Sebelumnya, Trump sempat mendesak Presiden Intel, Lip-Bu Tan, untuk mengundurkan diri dengan alasan dugaan konflik kepentingan. Namun, sikapnya berubah ketika Intel memberikan 10 persen saham perusahaan kepada pemerintah AS sebagai imbalan atas pendanaan yang dijanjikan.

Dalam sekejap, Trump menyebut Tan sebagai “CEO yang sangat dihormati.” Perubahan sikap itu menunjukkan bagaimana tekanan politik Trump bisa bergeser seiring dengan kompromi yang menguntungkan pemerintahannya.

Kini, giliran Microsoft  berada dalam sorotan. Langkah Trump mendesak pemecatanLisa Monaco  daftar panjang ketegangan antara pemerintahannya dengan raksasa teknologi Amerika.

Banyak pengamat menilai langkah ini sebagai bagian dari strategi politik Trump untuk menunjukkan kendali penuh atas perusahaan-perusahaan besar.

Terutama mereka yang memiliki kerja sama erat dengan pemerintah federal, baik dalam bidang keamanan siber maupun pengadaan teknologi strategis.

(Redaksi)