IDENESIA.CO - Aksi penolakan terhadap operasi besar-besaran Badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) di Amerika Serikat terus menguat, menjelma menjadi gelombang unjuk rasa nasional yang menyoroti dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Dipicu oleh penangkapan tokoh buruh di Los Angeles, ribuan warga dari berbagai negara bagian turun ke jalan, menyerukan reformasi kebijakan imigrasi dan penghentian penggerebekan imigran.
Tak hanya soal migrasi, demonstrasi ini menyingkap persoalan lebih luas: kebebasan sipil, penyalahgunaan kekuasaan, dan militerisasi penegakan hukum. Sejumlah kota seperti Chicago, Austin, Philadelphia, hingga New York dilaporkan mengalami gangguan aktivitas publik akibat long march dan blokade jalan.
“Ini bukan sekadar soal imigran, ini soal siapa kita sebagai bangsa,” ujar Pramila Jayapal, anggota DPR AS dari Partai Demokrat yang turut hadir dalam aksi di Washington DC, Rabu (11/6/2025).
Aksi protes ini memicu gangguan lalu lintas, namun sebagian besar berlangsung damai. Meskipun di beberapa wilayah sempat terjadi bentrokan antara para demonstran dan polisi yang mengawal jalannya aksi protes tersebut.
Di Washington DC, para demonstran beraksi di luar gedung Departemen Kehakiman AS dan menuntut pembebasan David Huerta, pemimpin serikat Service Employees International Union California, yang ditahan agen imigrasi federal AS di Los Angeles pada Jumat (6/6) lalu.
Di antara para demonstran terdapat anggota DPR AS Pramila Jayapal dari Partai Demokrat, yang menyerukan diakhirinya penggerebekan imigrasi oleh ICE.
"Cukup sudah penggerebekan massal ICE yang mengamankan orang-orang tidak bersalah," cetusnya.
Di Chicago, para demonstran menyerukan pemerintahan Trump untuk mengakhiri sweeping imigrasi serta kehadiran militer di California.
Beberapa kota di Texas, seperti Austin, San Antonio, dan Dallas, juga dilanda unjuk rasa. Aksi protes di Austin sempat diwarnai bentrokan, yang mendorong Gubernur Greg Abbot mengerahkan pasukan Garda Nasional untuk menjaga ketertiban.
Unjuk rasa di Philadelphia melibatkan aksi long march oleh sekitar 150 demonstran ke markas ICE. Penangkapan dilakukan terhadap sekitar 15 orang yang dituduh berperilaku tidak tertib selama unjuk rasa berlangsung.
Di Boston, ratusan demonstran berkumpul di Balai Kota setempat dalam aksi yang dimaksudkan sebagai solidaritas untuk Los Angeles.
Aksi serupa digelar di Denver, ibu kota negara bagian Colorado, dengan para demonstran berkumpul di luar gedung DPR daerah sembari membawa poster bertuliskan:
"Tunjukkan wajahmu. ICE pengecut."
Di San Francisco, aksi protes sebagian besar berlangsung damai, meskipun disebut ada kelompok-kelompok kecil yang melakukan vandalisme dan tindakan kriminal lainnya.
Unjuk rasa lainnya berlangsung di Seattle menuntut pembebasan orang-orang yang ditahan oleh agen-agen imigrasi federal. Di New York City, sejumlah besar demonstran turun ke jalanan Manhattan untuk memprotes deportasi dan kebijakan imigrasi Trump. Beberapa demonstran membawa poster bertuliskan "ICE keluar dari New York".
Aksi ini disebut sebagai salah satu mobilisasi sipil terbesar sejak gelombang Black Lives Matter pada 2020. Selain menuntut pembatalan penggerebekan imigran, para peserta juga menyuarakan pembubaran ICE, dan reformasi menyeluruh terhadap sistem imigrasi AS yang dinilai diskriminatif dan eksploitatif.
(Redaksi)