IDENESIA.CO - Di balik piring makan para pelajar Samarinda, ada denyut ekonomi yang mulai bangkit. Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah kini tak hanya dirayakan karena manfaat gizinya, tetapi juga karena membuka peluang baru bagi pelaku usaha kecil di daerah.
Sejak diluncurkan di Kecamatan Samarinda Seberang, Program MBG secara bertahap membuktikan bahwa kebijakan gizi tak harus berdiri sendiri. Ia bisa dirancang sebagai penggerak ekonomi, khususnya bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sektor pengolahan makanan dan penyedia bahan pangan.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menegaskan bahwa MBG bukan sekadar rutinitas administratif pemerintah, melainkan bagian dari visi besar Presiden Prabowo dalam membangun manusia Indonesia dari meja makan hingga ketahanan ekonomi.
“Program ini tidak hanya menyasar siswa yang butuh gizi, tapi juga menyentuh dapur-dapur usaha kecil yang selama ini sulit tumbuh. Kita sedang membangun ekosistem baru yang kuat dari bawah,” kata Andi Harun, Selasa (10/6/2025).
Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda telah mulai melibatkan sejumlah penyedia katering lokal dan pelaku pengadaan bahan pangan dalam implementasi program. Dalam jangka panjang, skema ini diyakini akan menciptakan kepastian pasar bagi pelaku UMKM, sekaligus membuka lapangan kerja baru.
Bagi banyak pelaku usaha kecil, kepastian pesanan harian dari program MBG menjadi napas baru di tengah ketatnya persaingan dan fluktuasi pasar. Pemerintah mengalokasikan anggaran Rp15.000 per porsi makanan, disiapkan dengan menu bergizi dan variatif, serta disalurkan secara berkala ke sekolah-sekolah penerima.
“Dengan distribusi rutin, pelaku UMKM bisa memetakan produksi dan distribusi. Ini jadi peluang besar untuk tumbuh,” ujar Andi Harun.
Ia menekankan bahwa dampak MBG tidak berhenti di meja makan para pelajar melihat potensi besar yang dapat menghidupkan kembali pelaku usaha kecil khususnya di sektor kuliner dan pengadaan bahan pangan.
“Kita berharap program ini memberi efek berganda tidak hanya meningkatkan gizi siswa tapi juga mendorong pertumbuhan UMKM baik katering, pengadaan beras, daging, telur, sayuran hingga tercipta lapangan kerja baru,” ujarnya.
Ia mencontohkan beberapa katering lokal yang telah mulai dilibatkan dalam pengadaan makanan MBG. Menurutnya, dengan skala distribusi yang luas dan berlangsung secara berkala banyak pelaku usaha yang bisa mendapat kepastian pendapatan serta peluang pengembangan usaha.
“Kalau ini dikelola dengan baik, maka MBG bukan sekadar program bantuan, tapi akan menjadi ekosistem ekonomi mikro yang berkelanjutan,”pungkasnya.
.(Redaksi)