IMG-LOGO
Home Iptek Edukasi Dini Kunci Pencegahan Stroke, Pola Makan Sehat Jadi Langkah Awal
iptek | umum

Edukasi Dini Kunci Pencegahan Stroke, Pola Makan Sehat Jadi Langkah Awal

oleh VNS - 22 Maret 2025 10:23 WITA
IMG
ILUSTRASI - Penurunan Kerja Otak sehingga alami stroke. foto: Istimewa

IDENESIA.CO - Stroke bukan hanya menjadi momok bagi lansia, tetapi juga dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia.

Gejala yang muncul secara tiba-tiba membuat penyakit ini menjadi salah satu kondisi medis yang berbahaya jika tidak segera ditangani.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, stroke merupakan penyebab utama kematian di Indonesia dengan angka mencapai 19,42 persen dari total kematian.

Stroke terjadi akibat gangguan fungsi otak yang ditandai dengan penurunan neurologis, yang bisa disebabkan oleh pembekuan darah atau pecahnya pembuluh darah.

Meski demikian, penyakit ini dapat dicegah dengan mengenali faktor risiko dan menerapkan pola hidup sehat sejak dini, salah satunya melalui pola makan yang tepat.

Ahli gizi dan ilmuwan senior di Jean Mayer USDA Human Nutrition Research Center on Aging (HNRCA), José M. Ordovás, menekankan bahwa perubahan pola makan sebaiknya dilakukan secara perlahan agar dapat diterapkan secara berkelanjutan.

"Mengubah pola makan secara drastis itu sulit, jadi Anda harus melakukannya selangkah demi selangkah," ujar Ordovás dalam wawancaranya dengan Tuft Now.

Pendidikan tentang pola makan sehat harus diberikan sejak usia muda agar kebiasaan baik dapat terbentuk lebih awal dan bertahan seumur hidup.

Banyak kasus stroke yang terjadi akibat kebiasaan buruk yang telah berlangsung lama, seperti konsumsi garam berlebihan dan kurangnya asupan makanan sehat.

Salah satu langkah utama dalam pencegahan stroke adalah mengurangi asupan garam dalam makanan.

Ordovás menjelaskan bahwa konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan tekanan darah dan berisiko menyebabkan pembuluh darah pecah, yang dapat berujung pada stroke.

Garam mengandung natrium yang bisa menyebabkan tubuh menahan lebih banyak cairan.

Ketika cairan tubuh meningkat, sel darah menggembung dan tekanan darah ikut naik.

Jika tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh darah bisa pecah, terutama di otak, yang berpotensi menyebabkan stroke.

Di sisi lain, kalium berperan dalam menyeimbangkan kadar natrium dalam tubuh dengan membantu merelaksasi dinding pembuluh darah.

Namun, Ordovás menegaskan bahwa hanya mengonsumsi lebih banyak kalium tanpa mengurangi garam tidak akan memberikan efek yang signifikan. Oleh karena itu, langkah pertama yang paling efektif adalah mengurangi konsumsi garam secara bertahap.

Mencegah stroke tidak cukup hanya dengan mengandalkan pengobatan medis, tetapi harus dimulai dari kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat sejak dini.

Edukasi kesehatan tentang pentingnya pola makan yang benar, olahraga teratur, dan manajemen stres perlu terus digalakkan, baik melalui program pemerintah maupun inisiatif komunitas.

Peningkatan kesadaran akan bahaya stroke dan cara pencegahannya dapat membantu menekan angka kejadian penyakit ini di masa depan.

Dengan edukasi yang tepat dan perubahan gaya hidup yang sehat, risiko stroke dapat diminimalkan, sehingga masyarakat bisa menikmati hidup yang lebih berkualitas.

(Redaksi)