IMG-LOGO
Home Internasional Hamas Isyaratkan Akhiri Perang Gaza, Netanyahu Disebut Pecundang oleh Analis Israel
internasional | umum

Hamas Isyaratkan Akhiri Perang Gaza, Netanyahu Disebut Pecundang oleh Analis Israel

oleh VNS - 05 Oktober 2025 06:29 WITA
IMG
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diposisi semakin terpojok di mata dunia, bahkan oleh analis politik Israel sendiri. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Upaya mengakhiri perang Gaza memasuki babak baru setelah Hamas dan faksi perlawanan lain dikabarkan siap melakukan langkah terbaik untuk mengakhiri konflik. Situasi ini menempatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada posisi semakin terpojok di mata dunia, bahkan oleh analis politik Israel sendiri.


Dalam wawancara dengan Al Jazeera, analis politik Israel, Ori Goldberg, menyebut Israel kini telah menjadi beban bukan hanya bagi musuh-musuh dan para pengkritiknya, tetapi juga bagi sekutu terdekatnya seperti Amerika Serikat dan mantan Presiden Donald Trump.

“Tidak ada yang berani mengatakan ini, tetapi keputusan Trump yang tiba-tiba mengartikan balasan Hamas sebagai kesediaan untuk berdamai menunjukkan bahwa ketika ia memandang Netanyahu, ia melihat sebuah beban. Dalam bahasa Trump yang umum, seorang pecundang,” kata Goldberg, Kamis (3/10), dari Tel Aviv.

Goldberg menambahkan, Israel tidak menduga dinamika terbaru ini. Negara itu sudah terbiasa dengan siklus genosida dan pembersihan etnis yang tak berujung sehingga sulit mengakui adanya unsur baru di luar serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Ia menyoroti perbedaan respons dunia terhadap armada bantuan kemanusiaan ke Gaza, seperti antara armada pertama yang mencoba berlayar dan armada Sumud saat ini. 

“Tidak ada yang sama seperti sebelumnya, dan Israel pagi ini sama sendiriannya seperti sebelumnya, saya rasa, selama dua tahun terakhir,” ujar Goldberg.

Meski begitu, ia menilai Netanyahu masih memiliki insentif untuk menindaklanjuti rencana Trump. 

“Jika pemilihan umum cepat diadakan di Israel, ia seharusnya menjadi perdana menteri yang berperang dalam perang sulit yang tak terelakkan, tetapi juga mampu menandatangani kesepakatan sulit yang tak terelakkan,” kata Goldberg.

Profesor urusan publik, Sami Al-Arian, melihat peluang bahwa rencana Trump dapat benar-benar mengakhiri perang. 

“Saya pikir itu akan bergantung pada bagaimana Trump menangani masalah penarikan tentara Israel dari Gaza dan pembebasan tawanan,” ujarnya, yang juga menjabat Direktur Pusat Islam dan Urusan Global (CIGA) di Universitas Zaim Istanbul.

Al-Arian mengatakan perlawanan Hamas dan faksi-faksi lainnya telah memutuskan untuk melakukan yang terbaik demi mengakhiri perang. Menurutnya, rencana Trump mencakup sebagian besar isu kunci negosiasi pertukaran tahanan Palestina dan tawanan Israel, penarikan tentara Israel, pengembalian bantuan kemanusiaan, dan rekonstruksi Gaza.

Namun ia mengingatkan bahwa klausul tentang penarikan militer Israel masih sangat samar dan menjadi titik krusial dalam pembicaraan. Sebagian besar perundingan sebelumnya gagal karena masalah ini. 

“Trump juga memasukkan bagian tentang masa depan Gaza dalam rencananya,” tambah Al-Arian.

Hamas, lanjutnya, menyatakan bahwa masa depan Gaza harus diputuskan secara kolektif oleh rakyat Palestina, bukan oleh satu faksi. 

“Yang mengejutkan adalah Trump menerima keputusan ini, dan saya akan mengatakan bahwa dia tahu apa yang dia lakukan,” ujarnya.

(Redaksi)