IMG-LOGO
Home Iptek Kucing Jadi Kunci Baru dalam Riset Alzheimer
iptek | umum

Kucing Jadi Kunci Baru dalam Riset Alzheimer

oleh VNS - 24 Agustus 2025 12:43 WITA
IMG
Para ilmuwan di Edinburgh menemukan bahwa demensia pada kucing memiliki banyak kesamaan dengan Alzheimer pada manusia. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Penelitian terbaru dari Universitas Edinburgh, Skotlandia, membuka harapan baru dalam penanganan penyakit Alzheimer. Tim ilmuwan menemukan bahwa kucing ternyata mengalami demensia dengan pola yang sangat mirip dengan manusia, sehingga berpotensi menjadi model alami untuk mengkaji dan menemukan terapi baru bagi penyakit mematikan ini.


Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan hilangnya ingatan dan kemampuan berpikir akibat kerusakan otak. Penelitian pasca-mortem terhadap 25 otak kucing yang semasa hidup menunjukkan gejala demensia seperti kebingungan, gangguan tidur, hingga vokalisasi berlebihan menemukan adanya penumpukan protein amiloid-beta, ciri khas Alzheimer pada manusia.

Dr. Robert McGeachan, pemimpin penelitian, menegaskan bahwa temuan ini menunjukkan kesamaan mencolok antara demensia kucing dan Alzheimer. 

“Hal ini membuka pintu untuk mengeksplorasi apakah pengobatan baru yang menjanjikan untuk Alzheimer pada manusia juga bisa membantu hewan peliharaan kita yang menua,” jelasnya.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan hewan pengerat hasil rekayasa genetika, kucing secara alami mengalami perubahan otak akibat penuaan. Karena itu, ilmuwan menilai mereka lebih representatif sebagai model studi dibanding hewan laboratorium.

Bahkan kelompok advokasi hewan, PETA, mengapresiasi metode riset ini karena hanya melibatkan otak kucing yang telah mati, tanpa eksperimen invasif pada kucing hidup.

Selain penting bagi riset Alzheimer, temuan ini juga diyakini akan membantu meningkatkan kualitas hidup kucing. Profesor Danielle Gunn-Moore, pakar pengobatan kucing, menilai hasil penelitian bisa membantu dokter hewan dan pemilik memahami serta merawat kucing dengan gejala demensia.

“Demensia pada kucing menyusahkan bagi hewan dan pemiliknya. Dengan penelitian ini, kita bisa memahami cara terbaik merawat mereka. Ini bermanfaat untuk kucing, pemiliknya, penderita Alzheimer, dan keluarga mereka,” jelasnya.

Selain menemukan penumpukan amiloid-beta, tim juga mengidentifikasi peran astrosit dan mikroglia, sel pendukung otak yang memakan sinapsis terdampak. Proses ini, disebut pemangkasan sinaptik, ikut berkontribusi terhadap hilangnya fungsi otak.

Penelitian ini diterbitkan di European Journal of Neuroscience dengan dukungan dari Wellcome dan UK Dementia Research Institute. Kolaborasi ini melibatkan ilmuwan dari Skotlandia hingga California, memperkuat posisi penelitian lintas negara untuk mencari terobosan baru dalam memerangi Alzheimer.

(Redaksi)