IMG-LOGO
Home Nasional Harga Emas Dunia Melejit, Freeport Raih Tempat di 10 Produsen Terbesar
nasional | umum

Harga Emas Dunia Melejit, Freeport Raih Tempat di 10 Produsen Terbesar

oleh VNS - 19 Oktober 2025 10:11 WITA
IMG
Nama Freeport-McMoRan perusahaan asal Amerika Serikat yang mengelola tambang Grasberg di Papua, Indonesia berhasil masuk peringkat ke-9 dunia. Foto:Ist

IDENESIA.CO - Harga emas dunia terus berkilau, dan bersama dengannya, para raksasa tambang global menikmati masa panen keuntungan. Dalam laporan terbaru CNBC Indonesia mengenai Peta Kekuasaan Emas Dunia 2024-2025, industri tambang emas menunjukkan tren ekspansi besar-besaran di tengah lonjakan harga komoditas yang mencapai rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir.


Lonjakan ini bukan sekadar fenomena pasar. Di baliknya, ada perpaduan antara ketegangan geopolitik global, melemahnya kepercayaan terhadap dolar AS, serta permintaan investasi dan industri yang meningkat tajam. Emas kembali menjadi simbol stabilitas dan lindung nilai (safe haven), menjadikan perusahaan-perusahaan tambang dunia berlomba memperbesar portofolio dan kapasitas produksinya.

Kenaikan harga emas yang melampaui US$2.400 per troy ounce di tahun 2024 membawa dampak langsung terhadap neraca keuangan para produsen utama dunia. Margin keuntungan melonjak, investasi proyek baru menggeliat, dan negara-negara kaya sumber daya termasuk Indonesia kembali menjadi pusat perhatian investor global.

Laporan analisis CNBC Indonesia mengungkap 10 produsen emas terbesar dunia berdasarkan volume produksi tahun 2024, dengan total kontribusi gabungan mencapai lebih dari 30 juta ons emas per tahun. Menariknya, dari daftar itu, nama Freeport-McMoRan perusahaan asal Amerika Serikat yang mengelola tambang Grasberg di Papua, Indonesia berhasil masuk peringkat ke-9 dunia.

1. Newmont Corporation – Raja Emas Dunia

Di posisi teratas, Newmont Corporation tak tergoyahkan sebagai pemimpin industri emas global. Dengan produksi mencapai 6,80 juta ons pada 2024, Newmont memperkuat dominasinya lewat akuisisi besar terhadap Newcrest Mining, menjadikan portofolionya penuh aset kelas dunia (Tier 1).

Operasi utamanya tersebar di Nevada Gold Mines (AS), Boddington (Australia), Peñasquito (Meksiko), hingga Lihir (Papua Nugini). Akuisisi strategis ini menempatkan Newmont dalam posisi unik: menguasai sumber daya besar di berbagai yurisdiksi stabil secara politik.

2. Barrick Gold – Penantang Abadi dari Kanada

Posisi kedua ditempati Barrick Gold, yang membukukan produksi 3,91 juta ons. Kolaborasinya dengan Newmont dalam pengelolaan Nevada Gold Mines menjadi salah satu tambang emas paling produktif di dunia.

Aset lainnya yang memperkuat portofolio Barrick antara lain Loulo-Gounkoto di Mali dan Pueblo Viejo di Republik Dominika, dua lokasi dengan cadangan jangka panjang dan tingkat biaya operasional rendah.

3. Agnico Eagle Mines – Stabilitas di Tengah Ketidakpastian

Dikenal sebagai perusahaan tambang Kanada dengan reputasi tinggi di sektor berisiko rendah, Agnico Eagle Mines mencatatkan produksi 3,49 juta ons. Seluruh asetnya berada di yurisdiksi aman seperti Kanada, menjadikannya primadona investor konservatif.

Tambang Detour Lake, Canadian Malartic, dan Meadowbank menjadi tiga penyumbang terbesar output perusahaan sepanjang 2024.

4. Polyus – Raksasa dari Siberia

Dari Rusia, Polyus tetap menjadi produsen emas terbesar di Eurasia dengan total produksi 3 juta ons. Tambang Olimpiada, Blagodatnoye, dan Natalka di Siberia Timur menjadi basis kekuatan perusahaan ini.

Namun, risiko geopolitik akibat sanksi ekonomi terhadap Rusia membuat valuasi saham Polyus mengalami tekanan di pasar global, meskipun secara operasional tetap kuat.

5. AngloGold Ashanti – Afrika Masih Bersinar

Perusahaan Afrika Selatan ini mencatatkan produksi 2,66 juta ons emas. Portofolionya tersebar luas di Tanzania (Geita), Republik Demokratik Kongo (Kibali), dan Guinea (Siguiri).

Akuisisi tambang Sukari di Mesir menjadi langkah strategis AngloGold dalam memperluas eksposur ke Timur Tengah, yang kini menjadi area pertumbuhan baru industri tambang.

6. Zijin Mining Group – Ambisi Global dari Tiongkok

Dengan produksi 2,34 juta ons, Zijin Mining Group membuktikan agresivitas ekspansinya di kancah global. Selain tambang utama di Serbia (Čukaru Peki) dan Kolombia (Buriticá), Zijin juga menjadi salah satu operator di Porgera (Papua Nugini).

Kehadiran Zijin menegaskan dominasi Tiongkok sebagai kekuatan baru di industri emas dunia, di tengah strategi Beijing memperkuat cadangan logam mulia nasional.

7 dan 8. Kinross Gold & Gold Fields – Konsistensi Dua Veteran Dunia

Kinross Gold (2,17 juta ons) dan Gold Fields (2,07 juta ons) mempertahankan reputasi mereka sebagai pemain tangguh di tengah pasar yang volatil. Kinross fokus di wilayah Amerika dan Afrika Barat, sedangkan Gold Fields memperkuat basis produksinya di Australia, Ghana, dan Afrika Selatan.

Proyek Salares Norte di Chili disebut sebagai motor pertumbuhan utama Gold Fields untuk lima tahun mendatang.

9. Freeport-McMoRan – Emas dari Perut Papua

Posisi kesembilan ditempati Freeport-McMoRan, dengan produksi 1,88 juta ons emas sepanjang 2024. Menariknya, hampir seluruh emas tersebut berasal dari satu lokasi Tambang Grasberg di Papua, Indonesia, yang juga menghasilkan tembaga dan perak dalam jumlah besar.

Grasberg dikenal sebagai salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia, dikelola oleh PT Freeport Indonesia anak usaha Freeport-McMoRan dengan kepemilikan mayoritas saham kini dimiliki oleh pemerintah Indonesia melalui MIND ID (Holding BUMN Tambang).

Dengan peran strategisnya, Grasberg tidak hanya memperkuat posisi Freeport secara global, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok emas dunia.

10. Northern Star Resources – Bintang Baru dari Australia

Menutup daftar, Northern Star Resources membukukan produksi 1,64 juta ons emas. Aset utamanya di Kalgoorlie, Yandal, dan Pogo (Alaska) terus menunjukkan efisiensi tinggi. Perusahaan ini dikenal memiliki strategi manajemen biaya yang kuat dan rekam jejak eksplorasi berkelanjutan.

Kehadiran Freeport dalam jajaran 10 besar menegaskan bahwa Indonesia bukan sekadar lokasi tambang, tetapi juga salah satu pusat gravitasi industri emas global.

(Redaksi)