IDENESIA.CO - Dunia olahraga Indonesia tengah berduka. Salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah pencak silat nasional dan internasional, Mayjen TNI Purn Dr. (HC) H. Eddie Marzuki Nalapraya, wafat pada usia 93 tahun, Selasa pagi (13/5), pukul 09.50 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta.
Almarhum akan disemayamkan terlebih dahulu di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), sebuah pusat kebudayaan pencak silat yang turut ia dirikan dan besarkan. Prosesi pemakaman akan dilangsungkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, sebagai bentuk penghormatan negara atas jasa-jasa besarnya dalam bidang olahraga dan kebudayaan bangsa.
Eddie Marzuki Nalapraya dikenal luas sebagai Bapak Pencak Silat Dunia. Ia adalah tokoh utama yang membawa pencak silat tidak hanya sebagai seni bela diri, tetapi juga sebagai instrumen diplomasi budaya Indonesia ke panggung internasional.
Lahir di Tanjung Priok, Jakarta, pada 6 Juni 1931, Eddie terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia saat Agresi Militer Belanda II tahun 1947. Dari pengalaman tersebut, tumbuh kecintaannya pada pencak silat setelah melihat langsung kehebatan para pejuang yang menguasai bela diri tradisional.
Ketertarikan itu berkembang menjadi dedikasi seumur hidup. Pada 1981, ia mulai menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI), sebuah posisi yang dipegangnya selama lebih dari dua dekade hingga 2003. Selama masa kepemimpinannya, pencak silat mengalami ekspansi luar biasa di dalam maupun luar negeri.
Salah satu tonggak sejarah perjuangan Eddie adalah terbentuknya Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) pada tahun 1980, yang menyatukan organisasi silat dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Ia terpilih sebagai Presiden Persilat pertama dan aktif memperluas jejaring silat ke Asia Tenggara dan kemudian dunia.
Pada tahun 1987, berkat lobi diplomatik dan pengaruhnya di kalangan olahraga Asia Tenggara, pencak silat secara resmi mulai dipertandingkan di SEA Games. Perjuangan panjangnya berbuah pengakuan dunia ketika pada 12 Desember 2019, pencak silat ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Saat itu, Eddie menjabat sebagai pembina Tim Pencak Silat Road to UNESCO and Olympic (2014–2019).
Ia juga menggagas kejuaraan pencak silat di Eropa pada tahun 2008, dan mendapat julukan “Bapak Pencak Silat Eropa” di Swiss, sebuah gelar kehormatan yang menegaskan kiprahnya di luar batas Indonesia.
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Letjen TNI Purn Marciano Norman, menyampaikan duka cita mendalam atas kepergian tokoh besar ini. Dalam keterangan tertulisnya, Marciano mengatakan bahwa Eddie Marzuki telah mengukir warisan besar dalam dunia olahraga nasional.
“Semoga almarhum diterima di sisi terbaik Allah SWT, keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan, dan kita sebagai masyarakat olahraga prestasi dapat melanjutkan perjuangannya mengembangkan olahraga pencak silat hingga level dunia,” ujarnya.
Marciano juga menambahkan bahwa Eddie merupakan penerima KONI Lifetime Achievement Award in Sports, sebuah penghargaan tertinggi atas dedikasi dan kontribusi luar biasa terhadap olahraga Indonesia.
“Beliau telah mendedikasikan hidupnya untuk memajukan pencak silat. Mari kita teruskan perjuangan beliau agar pencak silat semakin dikenal di dunia dan suatu saat bisa dipertandingkan di ajang multievent dunia,” kata Marciano.
(Redaksi)