IDENESIA.CO - Tidak banyak yang mengetahui bahwa jejak sejarah Kalimantan modern ternyata dipengaruhi oleh seorang insinyur asal Belanda bernama Jacobus Hubertus Menten. Melalui penemuan besar di akhir abad ke-19, Menten tidak hanya mengubah hidupnya sendiri, tetapi juga membuka jalan bagi perkembangan industri perminyakan di Kalimantan, yang kelak menjadikan kawasan tersebut pusat ekonomi penting hingga kini.
Menten adalah lulusan Politeknik Delft, Belanda, yang awalnya bekerja di Departemen Pertambangan Hindia Belanda. Pada tahun 1882, ia dikirim ke Kalimantan untuk mencari batu bara di sekitar Sungai Mahakam.
Penugasannya membuahkan hasil batu bara ditemukan, dan hubungan erat terjalin dengan Sultan Kutai, Aji Muhammad Sulaiman. Berkat kepercayaan tersebut, Menten memperoleh konsesi penggalian batu bara.
Namun, takdir berkata lain. Dalam sebuah ekspedisi, Menten menemukan rembesan minyak di bebatuan. Ia segera menyadari potensi besar temuan itu, jauh melampaui nilai batu bara.
Pada 29 Agustus 1888, Sultan Kutai resmi memberikan izin konsesi eksploitasi minyak untuk Menten. Namun perjalanan tidak mudah. Pemerintah kolonial Hindia Belanda belum memberi izin, sementara perusahaan-perusahaan enggan mendanai pengeboran karena menilai wilayah Kutai tidak potensial.
Setelah berulang kali ditolak, akhirnya Shell Transport and Trading Ltd. memberi modal sebesar 1.200 poundsterling. Berbekal modal itu, Menten mendirikan Nederlandsch Indische Industrie en Handel Maatschappij (NHIM).
Tahun 1896, pengeboran dimulai, dan benar saja cadangan minyak berlimpah ditemukan di dua sumur yang kemudian dikenal sebagai Sumur Louise dan Sumur Mathilda.
Penemuan Menten segera mengubah peta ekonomi Kalimantan Timur. Produksi minyak NHIM mencapai 32.618 barel per tahun, membuat dirinya, Sultan Kutai, dan NHIM meraup keuntungan besar. Minyak Kutai menjadi komoditas berharga di pasar Eropa.
Penemuan ini juga mendorong arus migrasi besar-besaran pekerja kasar ke Kalimantan. Kota-kota baru bermunculan, termasuk Kutai Kartanegara dan Balikpapan, yang kemudian berkembang menjadi pusat ekonomi utama di Kalimantan Timur.
Seiring waktu, pengelolaan sumur minyak Kutai berpindah tangan, mulai dari NIHM, lalu Bataafsche Petroleum Maatschappij (gabungan Royal Dutch dan Shell), hingga kini dikelola oleh PT Pertamina EP Asset 5. Lapangan itu sekarang dikenal dengan nama Lapangan Sangasanga.
Apa yang dilakukan Menten lebih dari sekadar penemuan sumber energi. Penemuannya menjadi fondasi sejarah industri perminyakan Indonesia sekaligus titik awal transformasi Kalimantan Timur dari daerah pedalaman menjadi kawasan strategis yang kini bahkan menjadi lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kisah Menten menunjukkan bagaimana satu penemuan bisa mengubah arah sejarah sebuah wilayah dan memberi dampak jangka panjang bagi bangsa.
(Redaksi)