IDENESIA.CO - Rusia kembali mencuri perhatian dunia medis dengan mengumumkan penemuan vaksin kanker terbaru bernama EnteroMix, yang diklaim mampu melatih sistem imun tubuh untuk menyerang sel kanker secara langsung.
Pengumuman ini disampaikan pada Forum Ekonomi Timur (EEF) ke-10 di Vladivostok, Rabu (10/9/2025), dan menjadi salah satu sorotan utama forum internasional yang dihadiri ribuan delegasi dari 75 negara.
Kepala Badan Medis dan Biologi Federal (FMBA) Rusia, Veronika Skvortsova, menyebut bahwa pengembangan vaksin ini telah dilakukan selama bertahun-tahun. Beberapa tahun terakhir, tim peneliti memfokuskan riset pada tahap uji praklinis.
“Vaksin ini siap digunakan. Kami hanya menunggu persetujuan resmi,” ujar Skvortsova dikutip dari Times of India.
FMBA menjelaskan bahwa pengembangan vaksin kanker tidak dilakukan dalam waktu singkat. Peneliti melakukan berbagai percobaan untuk memahami mekanisme bagaimana sistem imun dapat diarahkan untuk mengenali sel kanker sebagai musuh, seperti halnya mengenali virus penyebab penyakit.
EnteroMix dikembangkan dengan teknologi messenger RNA (mRNA), mirip dengan vaksin Covid-19 yang terbukti efektif selama pandemi. Teknologi ini bekerja dengan memberikan instruksi genetik kepada sel tubuh untuk menghasilkan protein tertentu, sehingga memicu respons imun yang lebih terarah. Bedanya, vaksin EnteroMix bukan melawan virus, melainkan melatih tubuh mengenali dan menghancurkan sel kanker.
"Penyakit-penyakit ini melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali kuman berbahaya. Vaksin kanker bekerja dengan prinsip yang sama, tetapi alih-alih virus, vaksin tersebut membantu tubuh mengenali dan menyerang sel kanker," lanjut Skvortsova
Jika mendapat persetujuan resmi, vaksin ini akan menjadi tonggak penting dalam strategi global melawan kanker. Rusia berharap keberhasilan EnteroMix bisa membuka jalan bagi pengembangan vaksin serupa untuk berbagai jenis kanker lainnya.
Meski begitu, para ahli internasional masih berhati-hati menanggapi klaim ini. Pinato mengatakan data yang dirilis masih terbatas.
“Uji praklinis biasanya berarti pengujian pada hewan. Diperlukan uji klinis pada manusia untuk benar-benar memastikan kemanjuran vaksin ini,” kata Pinato.
Menurutnya, hasil sempurna pada hewan tidak serta-merta berlaku pada manusia karena perbedaan sistem imun dan kompleksitas kanker.
“Jika benar hasilnya 100 persen, tentu sangat menarik. Namun, belum saatnya direkomendasikan untuk penggunaan klinis,” ujarnya.
Pinato juga menyinggung laporan adanya persiapan menuju uji klinis, yaitu tahap awal pengujian pada manusia yang tujuannya menilai keamanan, bukan efektivitas obat.
(Redaksi)
